Usai membaca kisah tentang Uwais al-Qarni yang menggendong ibunya ketika berhaji. Saat saya berfikir keras dan berdoa semoga Allah Azza Wajalla memampukan saya untuk bisa berhaji di masa muda agar bisa melayani ibu dan bapak di tanah suci.Â
Saat itu saya yang masih di bangku kuliah mengumpulkan bekal sedikit demi sedikit untuk ditabung. Hasil dari berjualan bibit minyak wangi dan oleh-oleh haji serta umrah.Â
Pada tahun 2005 saya duduk di semester 4 bangku kuliah. Saat itu saya mendapat mandat dari pesantren untuk menjadi pimpinan rombongan umrah. Tentu saja saya tanpa mengeluarkan biaya. Saat itu ada Bu Risma juga yang ikut dalam rombongan saya. Kita tentu tahu tahun itu beliau belum menjadi Walikota Surabaya.Â
Ketika di bandara Juanda melihat ibu bapak saya ikut mengantarkan, meneteslah air mata. Membayangkan seandainya mereka ikut ke tanah suci rasanya hati trenyuh sekali. Tapi apalah daya tabungan saya belum mencukupi.Â
Ketika di tanah suci melihat anak-anak muda yang melayani ibu bapaknya dalam ibadah membuat saya semakin semangat untuk berdoa di multazam dan tempat mustajabah lainnya seperti hijir ismail, maqam Ibrahim bahkan sampai di raudlah Masjid Nabawi Madinah al-Munawwarah.
Saya berpikir bagaimana akan bisa maksimal melayani ibu dan bapak di tanah suci jika saya sendiri tidak lagi muda. Secara manusiawi tentu tidak sekuat fisiknya dibandingkan waktu muda.Â
Sepulang dari tanah suci di tahun 2006 saya menghadap ke ibu dan bapak di desa untuk mengutarakan maksud haji bersama. Tentu ibu dan bapak senang luar biasa. Apalagi mereka juga habis panen padi yang artinya bisa untuk ditabung terlebih dahulu sampai uangnya cukup untuk bisa daftar haji.Â
Di luar nalar manusia umumnya, musim panen tahun itu harga padi membumbung tinggi. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang selalu anjlok harganya jika musim panen raya tiba. Sehingga hasil penjualan padi itu bisa untuk daftar tiga orang sekaligus untuk menabung dan mendapatkan nomor porsi kursi haji.Â
Masing-masing dari kami saat itu menabung 20 juta untuk mendapatkan porsi kursi haji. Sedangkan sambil menunggu waktu pelunasan, saya terus menabung agar saat masa pelunasan tidak ada beban berat.Â
Satu tahun berselang, yakni pada tahun 2007 kami dapat panggilan dari Departemen Agama untuk melakukan pelunasan haji. Tidak ada masalah waktu pelunasan karena kami sudah menabung terlebih dahulu.Â