Setiap tahun, mendekati Idul Adha, selalu ada satu momen yang bikin kepala saya sedikit lebih berat dari biasanya, yaitu cari hewan kurban. Entah kenapa, urusan yang kelihatannya sederhana, tinggal beli sapi atau kambing, selalu berubah jadi petualangan penuh rasa. Mulai dari survei harga, keliling lapak, tanya-tanya ke teman, sampai nanya ke grup WhatsApp keluarga: "Eh, tahun ini kita kurban di mana, ya?" Biasanya, jawaban yang muncul bukan solusi, tapi malah nambah bingung. Ada yang nyaranin beli online, ada yang bilang ke lapak langganan, ada juga yang tiba-tiba bawa opsi 'dari kampung lebih murah'. Saya jadi mikir, kenapa ya cari hewan kurban itu bisa bikin pusing sendiri? Padahal niatnya ibadah, pengin berbagi, pengin ikhlas. Tapi kok ya sering malah berujung stres. Apalagi kalau sudah diajak muter-muter lihat kambing, lalu tiap lihat yang 'oke', harganya bikin mundur pelan-pelan sambil pura-pura nggak terlalu tertarik. Tapi justru di situlah letak uniknya. Di balik pusingnya, ada momen kebersamaan, cerita, dan kadang tawa kecil yang nggak bisa digantikan. Mungkin, itulah bagian dari makna kurban yang jarang dibicarakan, bukan cuma soal menyembelih, tapi juga proses menjalaninya.
Kenapa Bisa Bikin Pusing?
Ternyata, cari hewan kurban itu nggak cuma soal niat baik. Ada banyak hal yang bikin prosesnya jadi seru tapi juga lumayan menguras tenaga dan pikiran. Ini beberapa alasannya:
1. Harga yang Naik-Turun
Jelang Idul Adha, harga hewan kurban bisa berubah-ubah. Hari ini kita tanya harganya sekian, besok balik lagi sudah naik. Kadang beda lokasi, beda juga harga padahal jenis hewannya sama. Belum lagi kalau belinya dadakan, biasanya malah makin mahal. Jadi harus pintar-pintar atur strategi, mau beli cepat biar aman, atau nunggu last minute dengan risiko makin mahal?
2. Maunya Bagus, Tapi Kantong yang Menentukan
Semua orang pasti pengin hewan kurban yang sehat, gemuk, dan sesuai syariat. Tapi ya itu, kalau kantong nggak sejalan, kadang harus rela turun standar. Ada juga yang sudah cocok secara harga dan tampilan, eh ternyata usianya belum cukup menurut syariat. Ulang lagi dari awal. Capek hati, capek kaki.
3. Penjual Banyak, Tapi Pilih yang Mana?
Pasar hewan itu rame banget. Banyak pilihan, tapi juga banyak gaya jualan. Ada yang ramah dan jujur, tapi ada juga yang suka "ngomong manis" supaya cepat laku. Kadang kita bingung, ini hewannya beneran sehat atau cuma kelihatan sehat karena disisir dan dikasih minyak? Hehe.
4. Urusan Pengantaran dan Perawatan