Akibatnya, menurut pandangan ekofeminisme, alam juga melakukan perlawanan, sehingga setiap hari manusia pun termiskinkan sejalan dengan penebangan pohon di hutan dan kepunahan binatang spesies demi spesies. Untuk menghindari terjadinya itu semua, maka menurut pandangan ekofeminisme, manusia harus memperkuat hubungan satu dengan yang lain dan hubungan dengan dunia selain dunia manusia (Tong, 2006).
Dalam merebut kembali hak kelola perempuan terhadap alam dan upaya pembalikan krisis ekologi, ekofeminisme yang menjadi proyek epistemik mencoba mengungkapkan selubung ideologis ilmu pengetahuan maskulin yang obsesi terhadap alam dan perempuan. Ekofeminisme berpegang pada premis bahwa kemunculan krisis ekologi tak bisa dilepaskan dari cara pandang androsentrisme yang serba maskulin, mendominasi, memanipulasi dan eksploitatif terhadap perempuan dan alam.
Dari uraian di atas tampak bahwa ekofeminisme berada dalam dua disiplin yang saling berkaitan, yaitu ekologi yang memfokuskan perhatian pada isu-isu alam dan lingkungan, dan feminisme yang memberikan perhatian secara khusus pada isi-isu gender.
Sebagai aliran pemikiran dan gerakan sosial, ekofeminisme mengidealkan adanya sikap dan tindakan manusia yang memberikan perhatian terhadap alam dan perempuan.
Karena, dalam kerahiman perempuan, lahir dan tumbuh kehidupan-kehidupan baru. Begitu pun bumi (alam), melahirkan dan menumbuhkan kehidupan yang baru pula. Di sini, dapat kita garis bawahi bahwa alam dan perempuan sebenarnya adalah sumber penghidupan dengan sistem produksi dan reproduksinya. Alam sebagai rahim dan perempuan yang memiliki rahim adalah kekuatan untuk berlangsungnya energi kreatif kehidupan. Jika itu semua dimatikan maka musnah sudah kehidupan di dunia ini.
Singkatnya, feminitas dan ekologi di satu sisi dan feminitas dan entitas di sisi lain adalah kesatuan yang alami, saling menyatukan dan dalam kehidupan nyata keduanya sama dan sebangun. Keduanya adalah bagian dari perjuangan yang lebih luas untuk mencapai endogenitas di dalam dunia yang terancam oleh tekanan dari modernisasi yang menuntut homogenitas.