Kedua, saling membantu/timbal balik. Dengan saling membantu satu sama lain (timbal balik) dalam tradisi galasi untuk bercocok tanam sebenarnya tersirat pesan bahwa, timbal balik yang dimaksud bukan hanya antara sesama manusia tetapi juga antara alam dan manusia. Artinya, hubungan timbal balik antara sesama petani dan antara petani dan alam (lingkungan) akan memberikan keharmonisan dalam melangsungkan kegiatan pertaniannya.
Prof. Djulrizka Iskandar, guru besar Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran Bandung mengatakan terjadinya tingkah laku perlindungan lingkungan dapat pula dipengaruhi oleh dukungan sosial. Adanya dukungan sosial yang merupakan suatu dinamika dalam masyarakat yang memiliki hubungan kekentalan yang kuat, maka dukungan sosial akan memperkuat tingkah laku pemeliharaan atau melindungi lingkungan (Djulrizka Iskandar, 2012).
Tradisi galasi sebenarnya memerlukan dukungan sosial, kesepakatan bersama atas dasar pemikiran antara beberapa individu untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Galasi mengisyaratkan bagaimana membina suatu hubungan tingkah laku (sosial) yang berdampak baik pada pemeliharaan lingkungan.
***
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa tradisi galasi merupakan salah satu kearifan lokal atau kearifan ekologis yang diterapkan dalam sistem pertanian yang telah ada sejak lama. Melestarikan kearifan ekologis yang telah menjadi keyakinan dan kebiasaan dalam suatu masyarakat adalah suatu keharusan, untuk membendung lajunya arus globalisasi dan industrialisasi yang juga berdampak pula pada degradasi lingkungan.
Akhirnya, Hugh Downs mengatakan bahwa "orang yang bahagia bukan orang yang hidup pada lingkungan tertentu, melainkan orang dengan sikap-sikap tertentu". Untuk itu, marilah kita merubah sikap dan tingkah laku untuk selalu selaras dan harmoni dengan alam.Â
*tulisan ini sudah lebih dulu dimuat di blog pribadi penulis pada 2018