Mohon tunggu...
Nur Arifin
Nur Arifin Mohon Tunggu... Penulis - Pembelajar

Awardee Beasiswa Pusbindiklatren Bappenas Linkage MEP UGM - GSICS Kobe Univeristy. ASN di Badan Pusat Statistik.

Selanjutnya

Tutup

Money

Milennial, Jantung Ekonomi Masa Depan

2 November 2018   14:50 Diperbarui: 21 Januari 2019   18:37 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

 

 Dalam upayanya mensejajarkan diri dengan negara maju, terutama di bidang ekonomi, Indonesia memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Tidak hanya menutupi berbagai kekurangan diberbagai lini tetapi juga menciptakan sebuah terobosan baru untuk memantapkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan bangsa. Indonesia selain diberkahi dengan sumber daya alam yang melimpah juga dianugerahi sebuah modal pembangunan yang sangat prospektif, yaitu para anak muda, yang saat ini biasa dikenal generasi millennial.

Millennial, mereka yang lahir antara 1980-1990, erat kaitannya dengan teknologi dan inovasi. Gaya hidup yang teramat dekat dengan teknologi dan inovasi membuat para millennial mampu menciptakan peradaban digital yang dapat mengubah perekonomian. Seperti perubahan pada cara pembayaran dalam sebuah transaksi, cara bagaimana mereka berkomunikasi dan tawar-menawar serta kian beragamnya model bisnis yang ada. Mereka mampu membuat 'pasar' dalam genggaman, yang hanya memerlukan jari untuk meng-klik menu-menu yang telah disediakan secara user-friendly. Jelas, hal ini merupakan modal besar bagi Indonesia untuk melangkah maju mengingat jumlah penduduk usia muda di Indonesia sangat besar hingga bertahun-tahun ke depan.

Dari proyeksi penduduk hasil SUPAS (Survei Penduduk Antar Sensus) tahun 2015, hampir sepertiga (32,92 persen) penduduk Indonesia tahun 2018 adalah mereka yang berusia 15-35 tahun. Meskipun cenderung menurun, komposisi ini diperkirakan tidak terlalu berubah signifikan, misalnya hingga tahun 2030 dimana persentase mereka diperkirakan sekitar 29,58 persen dari total penduduk Indonesia. Fenomena ini menguntungkan Indonesia disaat beberapa negara lain justru didominasi penduduk berusia lansia. Alasan lain yang tak kalah penting adalah ditinjau dari nilai transaksi elektronik yang dilakukan, misalnya, fakta menunjukkan nilai transaksinya melonjak tajam setidaknya dalam 6 tahun terakhir.

Nilai transaksi uang elektronik yang tercatat di Indonesia pada tahun 2017 cukup fantastis, yaitu sebesar 12,38 triliun rupiah (data Bank Indonesia). Angka ini tumbuh 75,2 persen dari tahun sebelumnya atau tumbuh sekitar 527,7 persen jika dibandingkan dengan 2012. Pasar digital memegang peranan yang cukup penting di Indonesia mengingat sedikitnya 104,96 juta (Statista 2017) penduduknya adalah pengguna internet dan dengan rata-rata tingkat pertumbuhan transaksi uang elektronik sebesar 46,55 juta pertahun. Untuk memanfaatkan pasar yang sangat besar seperti Indonesia, banyak hal yang harus dipersiapkan oleh generasi millennial.

Millennial dituntut memiliki kualitas dan produktivitas yang tinggi. Mereka harus dibekali dengan keterampilan yang memadai untuk mampu bersaing dengan pasar global. Seperti yang ada saat ini, pasar menuntut barang dan jasa memiliki nilai guna yang tinggi dengan harga yang terjangkau, jaminan atas kemudahan mendapatkan barang dengan kepastian harganya. Ini tentu menjadi tantangan bagi millennial mengingat untuk mengatasi hal itu diperlukan ilmu pengetahuan dan kreativitas melalui inovasi dengan level di atas rata-rata. Hal yang mengkhawatirkan justru ketika pasar dalam negeri tidak mampu memenuhi 'kriteria' yang dimaksud, barang dan jasa impor kemudian berpeluang membanjiri Indonesia. Bukan tidak mungkin, dalam batas tertentu akan menjadi ancaman bagi perekonomian.

Namun, optimisme akan menaungi kaum millennial dalam menggenjot gairah ekonomi. Mereka selalu memiliki cara unik dan kreatif yang bahkan tidak terpikirkan oleh generasi sebelumnya. Contohnya ketika mereka memiliki ide kreatif, lalu terkendala modal dalam realisasinya, lahirlah sebuah sistem crowd-funding, misalnya, dimana sekelompok orang berpatungan untuk membiayainya dengan imbal hasil yang disepakati bersama. Atau saat mereka memiliki produk namun terkendala jarak yang jauh dari pasar dan kelonggaran waktu yang minim, mereka dapat menjajakannya di media sosial bahkan sambil melakukan pekerjaan lain. Karakteristik millennial yang biasa disingkat 3C - creative, connected and confidence (Alvara Research Center) cenderung lebih memudahkan proses bisnis mereka. Selanjutnya, diperlukan langkah pemerintah dalam mendukung para millennial menggerakkan roda perekonomian di Indonesia.

Pemerintah Indonesia sebenarnya telah menerbitkan paket kebijakan ekonomi untuk menuntun arah e-commerce di Indonesia. Paket kebijakan tersebut sejatinya bertujuan untuk mempermudah dan memperluas akses pendanaan, insentif dan kemudahan perpajakan, perlindungan konsumen, peningkatan SDM, peningkatan sistem logistic nasional, percepatan pembangunan infrastruktur komunikasi serta keamanan siber. Diharapkan dengan hadirnya kebijakan ekonomi yang mendukung pasar masa depan membuat para millennial semakin terpacu untuk menuangkan ide-ide kreatif dalam bentuk produk barang dan jasa yang bernilai tinggi dan layak ekspor. Sehingga pada akhirnya, perekonomian Indonesia akan sedikit demi sedikit mengurangi diri dari ketergantungan terhadap produk impor.

Keberhasilan ekonomi Indonesia akhirnya akan sangat bergantung pada para millennial. Dengan mengerti pola kehidupan mereka maka akan relative mudah untuk memasuki pasar mereka. Sebaliknya, para millennial di Indonesia pun harus mendukung perusahaan-perusahaan lokal dengan lebih memilih produk dalam negeri daripada produk impor sehingga akan memberi kesempatan kepada perusahaan untuk mengembangkan kualitasnya, yang sebenarnya juga tidak kalah dibandingkan produk impor. Hal ini akan menjadi shortcut bagi Indonesia dalam upayanya menjadi negara maju dengan tidak hanya mengandalkan komoditas dan produk fisik saja. Seperti negara maju lainnya, Indonesia melalui para millennialnya mampu menciptakan teknologi dan inovasi.

Nur Arifin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun