Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati Musik Sufi di Museum Rumi

28 Februari 2019   17:19 Diperbarui: 3 Maret 2019   09:25 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman Museum Maulana Jalaluddin Rumi di Konya, Turki (Dok ABH)

Setiap kali hendak pergi, termasuk jalan-jalan ke mana pun, tak boleh lupa. Satu kunci: Berdoa dan berdoa! Demi keselamatan. Sebab, kita tak pernah tahu, ada kejadian apa di depan. Tuhan-lah Maha Pengatur kehidupan...

Untunglah, setiap kejadian ada Tuhan. Hari Rabu (13/2/2019) rombongan komunitas "Sahabat Manaya Explore Turkey" tergesa-gesa memasuki Konya. Kota paling relegius konservatif di Turki. Tempat makam Maulana Jalaluddin Rumi.

Pintu museum ditutup persis pukul 17.00 waktu setempat. Komunitas datang pukul 16.25. Tersisa waktu 35 menit. Masih ada beberapa kerumunan. Pengunjung lelet. Memang lumrah dan biasa. Terutama di tempat sakral selalu ada orang sengaja ingin berlama-lama.

Di depan museum dua orang berbadan kekar. Sederhana namun tampak elegan. Mendatangi teman saya. Tangannya membantu mengangkat tas cangklong. Dia berjalan ke arah tempat wudhu. Letaknya hampir menyatu dengan bangunan museum.

Di Turki banyak tempat wudhu yang bentuknya melingkar. Kadang berada di luar masjid. Ada kalanya menyatu di dalam masjid. Selalu berpagar, sehingga mudah meletakkan bawang bawaan. Biasanya pada bangunan kuno. Yang modern tempat wudhu jadi satu dengan kamar mandi.

"Bismillaah..." katanya. Tas cangklong dia taruh di pagar. Di atas kran air. Saya mengikuti langkahnya. Dalam hati saya, ini orang cukup mengerti kalau kita semua pada belum salat ashar. Jarum arloji menunjuk angka 16.35. Waktu tutup semakin mepet.

Lagi-lagi orang tadi, yang mengenakan seragam hitam, mengarahkan rombongan. Selesai wudhu, kaki terbuka, saya pikir langsung masuk museum. Dugaan itu keliru. Petugas memberi kode, agar dipakai. Tapi dia menunjuk tumpukan kantong plastik. Masuk boleh bersepatu, asalkan dibungkus kantong plastik. Semacam tas kresek, berwarna biru.

Tepat di depan pintu masuk museum. Semua diperiksa. Oh, ya...perempuan non muslim mengunjungi tempat ini harus rapi. Bagi yang tidak berhijab disediakan kerudung. Tempat kerudung tak jauh dari pembungkus alas kaki.

Masuk dan keliling museum dilakukan serba cepat. Di dalam museum ada mushala kecil. Alhamdulillah bisa salat berjamaah. Usai salat, sudah dikomando oleh petugas. Diminta segera mengitari museum.

Nuansa 'hitam putih' di luar museum (Dok ABH)
Nuansa 'hitam putih' di luar museum (Dok ABH)
Benda peninggalan Rumi tersimpan rapi. Seurut kisah perjalanan hidupnya. Tersebar berada di kamar-kamar Maulana Jalaluddin Rumi. Jubah dan topi khas Rumi paling banyak menarik perhatian. Turki, dalam urusan koleksi museum, terbilang hebat. Brand museum Turki terlanjur melekat erat. Di benak setiap penggemar sejarah.

Sejak awal masuk museum, sayup-sayup terdengar suara musik. Musik pengiring tarian sufi. Mengalun syahdu. Larut terbawa nuansa spiritual. Lama-lama mendebarkan. Musik ini tidak diputar sepanjang waktu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun