Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan featured

Hagia Sophia, Silaturahim Peradaban, Budaya, dan Agama

27 Februari 2019   23:03 Diperbarui: 12 Juli 2020   07:35 2444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerbang Hagia Sophia atau Aya Sofya (Dok ABH)

Istanbul, kota besar kedua di Turki. Setelah Ibu Kota Ankara. Memiliki peradaban yang panjang. Salah satu kota di Eropa dengan segudang bangunan bersejarah.

Dari sederet tempat-tempat bersejarah, ada yang paling menarik. Bahkan menjadi bagian integral kebudayaan Turki, yakni Hagia Sophia. Masyarakat setempat menyebutnya dengan Aya Sofya atau St Sofya. Haga Sophia dapat diartikan sebagai "Kebijaksanaan Suci".

Aya Sofya dibangun pada abad ke-4. Tadinya berfungsi sebagai gedung Gereja Katedral. Gereja kaum Katolik Yunani. Diprakarsai oleh Kaisar Justinian I atau dikenal dengan sebutan Konstantinopel. Hagia Sophia juga sempat terbakar, akibat perang. Bangunan itu direnovasi. Selesai pada tahun 500-an Masehi, atau hampir 1.500 tahun lalu.

Kira-kira seribu tahun kemudian, Konstantinopel ditaklukkan oleh Sultan Mehmed II. Konstantinopel jatuh ke tanggan Ottoman. Sekaligus mengakhiri keberadaan Biyzantium yang telah berdiri selama berabad-abad.  Waktu itu seluruh gereja nyaris dikuasai oleh kaum Ortodoks.

Setelah Ottoman menaklukkan Istanbul, Hagia Sophia dikonversi menjadi masjid. Dipakai tempat ibadah umat Muslim. Sultan Mehmed diberi gelar "Sang Penakluk". Sultan yang Muslim didukung kaum Kristen Ortodoks.

Mosaik peradaban, budaya, dan agama di Hagia Sophia (Dok ABH)
Mosaik peradaban, budaya, dan agama di Hagia Sophia (Dok ABH)
Saling menghargai dan saling menghormati. Sultan mengizinkan kaum Ortodoks mempertahankan otonomi mereka. Semua dipertahankan untuk beraktivitas seperti biasanya. 

Selama berabad-abad berkembang dinamis. Mosaik pada Hagia Sophia selalu ditambah. Menyesuaikan selera kaisar yang memimpin. Tak heran jika pada dinding Hagia Sophia terdapat potret kekaisaran. Gambar keluarga kaisar yang berbeda, hingga gambar Kristus serta Bunda Maria dengan Yesus sebagai seorang Anak.

Selain arsitekturnya, sisi menarik Hagia Sophia juga terdapat pada fungsinya yang berubah-ubah. Ketika difungsikan sebagai masjid, simbol-simbol gereja sengaja tidak dihapus. Untuk menjaga silaturahim. Dan, tentu saja demi menghormati para pendahulunya. 

Rekam jejak Hagia Sophia panjang dan berliku. Melayani kebutuhan umat sesuai kebutuhan. Menjadi tempat ibadah umat Kristen selama 916 tahun. Kemudian menjadi tempat ibadah umat Islam selama 486 tahun. Hagia Sophia difungsikan sebagai masjid hanya sampai 1931. Otoritas penguasa baru kemudian membangun membangun masjid baru. Letaknya saling berhadap-hadapan. Diberi nama Blue Mosque atau Masjid Biru.

Hagia Sophia dibuka kembali pada 1935 sebagai museum. Penguasa Turki saat itu, Kemal Attaturk mengalihfungsikan masjid menjadi museum. Kemegahan bangunan masa lalu pun dipertahankan. Bahkan semakin terasa. Sejumlah kaligrafi menghiasi sekeliling pilar dan dinding. Kaligrafi bahasa Arab.

Bangunan ini berdimensi panjang 82 meter dan lebar 73 meter. Kubahnya memiliki diameter 33 meter. Persis berada di tengah. Sedangkan tinggi konstruksi mencapai 55 meter dari permukaan tanah. Agar memudahkan sirkulasi udara, 40 jendela dibangun. Jendela-jendela ini sengaja dibuat sedemikian rupa. Agar sinar matahari masuk dan menyinari mosaik emas. Ya, dinding-dinding bangunan itu mosaik emas..

Hagia Sophia menjadi bangunan dengan arsitektur paling monumental. Budaya agama Kristen dan Islam bercampur. Menghiasi dinding dan pilar berbahan marmer ini. Ruangan di lantai dua dikelupas hingga mosaik peninggalan masa gereja Hagia Sophia kembali terlihat. Sementara itu di ruangan terpisah disimpan peninggalan-peninggalan lainnya.

Kunjungan wisata dari berbagai negara (Dok ABH)
Kunjungan wisata dari berbagai negara (Dok ABH)
Masuk akal jika banyak dikunjungi wisatawan saat sedang melancong ke Turki. Berkunjung ke Istanbul, Turki, belum lengkap tanpa melihat kemegahan Aya Sofya. Rombongan Komunitas "Sahabat Manaya Explore Turkey" masuk hari Sabtu (16/2/2019). Bertepatan dengan hari libur. Pengunjung lokal berkurang. Sebaliknya wisatawan asing mendominasi. Logat bahasanya kebanyakan berasal dari Eropa Timur dan Asia.

Saat ini bangunan Hagia Sophia tengah direnovasi. Pengunjung leluasa melihat karena pekerjanya libur. Sejumlah pilarnya dipercantik. Dinding-dinding marmer dipoles. Kontur lantai tetap dipertahankan.

Kunjungan ke Hagia Sophia bentuk silaturahim budaya. Ikut mewarnai sejarah. Termasuk melihat aset agama di masa lalu. Mulai zaman Romawi, Konstantinopel, hingga Kesultanan Ustmaniyah (Ottoman). Melampaui umat Kristen Ortodoks, Kristen Katolik, sampai kejayaan Islam.

"Silaturahim peradaban. Silaturahim budaya. Sekaligus silaturahim agama," tutur Mukharam Khadafi, Dirut PT Manaya Indonesia. 

Ucapan disampaikan kepada rombongan, persis berada di pintu keluar Hagia Sophia. Rombongan itu didampinginya sejak tanggal 11 Februari 2019. Dari Surabaya menuju Jakarta. Terbang lagi transit di Doha. Sebelum akhirnya tiba di Turki.

Artikel terkait:

Isrti Presiden Turki, Si Cantik Peduli Plastik

Melihat Masjid di Turki Selalu Dijaga Polisi

Tradisi, Atraksi, dan Inovasi Teh Turki

Salat Jumat di Blue Mosque, Dingin-dingin Hangat

Menarik Napas di Benteng Kapas Pamukkale

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun