Mohon tunggu...
Arif Eko Wahyudi
Arif Eko Wahyudi Mohon Tunggu... -

Muslim, Pembina Pramuka, Sport Pilot, Scuba Diver, Hang Gliding, Paragliding, Microlight Trike

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Timing

18 Juni 2016   09:20 Diperbarui: 18 Juni 2016   10:31 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Timing dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai pem-waktuan, atau dapat pula diartikan sebagai pemilihan waktu. Sesuatu bisa menjadi benar atau salah, menjadi sopan atau tidak sopan, patut atau sebaliknya, tidak sekedar diukur berdasarkan value atau nilai. Tapi juga bergantung pada timing. Ilustrasi cerita berikut bisa menjadi gambaran pentingnya timing.

Di suatu malam yang cerah, dengan suasana gembira, seorang gadis cantik sedang menjalani prosesi pernikahan dengan seorang perjaka. Keduanya saling mencintai. Keduanya terlihat begitu bahagia.

Akad nikah adalah suatu prosesi yang paling sakral. Suatu prosesi tentang pernyataan, adanya wali dan kesaksian bahwa kedua mempelai telah sah menjadi suami istri. Segala sesuatu yang sebelumnya haram dan tabu dilakukan menjadi halal dan berpahala.

Begitu akad nikah berakhir, sang mempelai lelaki berdiri dan berkata kepada seluruh hadirin. "Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh, Bapak-bapak, ibu-ibu, saudara-saudara semua. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, atas kehadarian, bantuan baik berupa moril maupun materiil untuk akad nikah kami" begitulah dia memulai sambutannya.

Dengan nada yang sangat santun dia melanjutkan "Sebagaimana yang Bapak-bapak dan Ibu-ibu ketahui, kami berdua telah sah menjadi suami istri. Semua 'hal-hal' yang dahulu diharamkan dan berdosa mulai saat ini telah halal dan berpahala. Oleh karena itu, kami berdua mohon ijin ke kamar untuk melakukan apa yang memang pantas dilakukan oleh suami istri. Sekali lagi kami mohon ijin. Terima Kasih. Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh".

Apa kira-kira reaksi para tamu? Tentu ada yang mengutuk, marah, menertawakan, dan mengolok-olok mempelai. Para tamu akan menganggap mempelai sebagai orang yang tidak tahu sopan santun, tidak tahu tata krama, melecehkan para tamu, bahkan mungkin menganggap mempelai gila.

Apakah mempelai berdua salah? apakah kata-katanya tidak sopan? apakah yang dibicarakan atau keinginan yang akan dilakukan bertentangan dengan ajaran agama? apakah bertentangan dengan hukum? Kalau dikaji satu-persatu, dapat dipastikan mempelai tidak bersalah. Ternyata bukan masalah boleh dan tidak boleh, bukan masalah benar dan tidak benar. Hanya timing yang tidak tepat. Perlu kesabaran menunggu saat yang tepat. Diperlukan kepekaan. Value atau nilai bertalian dengan kepekaan. Seseorang akan dianggap tidak punya value, karena tidak memperhatikan timing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun