Mohon tunggu...
Arif Budi Setiawan
Arif Budi Setiawan Mohon Tunggu... Psikolog - M.Psi., Psikolog

Psikolog Klinis Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr. Arif Zainuddin Surakarta | Psikolog Klinis Aplikasi Daring Alodokter http://s.id/telekonseling | Founder www.psikologklinis.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kenali 2 Hal Ini untuk Bisa Memahami Pasangan

9 September 2022   09:33 Diperbarui: 10 September 2022   01:10 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Konflik pada pasangan. Sumber gambar: freepik.com

Pasien laki-laki berusia mendekati 30 tahun mendatangi ruangan psikologi untuk konseling terhadap permasalahannya. Permasalahan yang ia rasakan adalah kondisi rumah tangga yang ia hadapi seperti sedang ada goncangan. 

Ia menceritakan banyak hal bahkan dengan sangat terstruktur. Ia menyampaikan juga dalam bentuk kertas yang sudah ia tuliskan. Tulisan tersebut berisi hal-hal yang ingin ia sampaikan kepada psikolog. 

Ia merasa dirinya seperti tidak berarti dan memiliki cara berpikir yang salah hingga merasa selalu melakukan hal yang buruk dan tidak berguna. Perasaan tersebut dirasakannya membuat permasalahan yang ada (bahkan ia rasakan sebagai masalah yang kecil) menjadi besar.

Ilustrasi Konflik pada pasangan. Sumber gambar: freepik.com
Ilustrasi Konflik pada pasangan. Sumber gambar: freepik.com

Ia menyampaikan bahwa memiliki suatu trauma karena konflik orangtuanya yang hampir akan bercerai. Akan tetapi setelah di asesmen lebih lanjut, kondisi yang ia miliki belum sampai ke trauma yang mengganggu kehidupan sehari-hari. Ia masih bisa beraktivitas yang baik dan masih berfungsi secara sosial. tidak ada ingatan berulang, tidak ada mimpi buruk berulang, tidak ada reaksi penghindaran, serta perubahan mood yang berarti. Oleh karena itu, kita bisa skip kondisi trauma.

Pernikahan yang telah ia jalani masih belum lama, kurang dari 2 tahun dan sudah memiliki satu putra. Keluhan yang ia rasakan adalah kondisi rumah tangga yang berkali-kali ada ancaman ke perceraian. 

Ia dianggap kurang bisa memiliki peran sebagai suami atau ayah (bagi istri). Ia dituntut untuk menjadi suami seperti pada umumnya. Istri juga kerap menyampaikan bahwa suami (pasien tersebut) bertindak terlalu polos. 

Misalnya ketika mengobrol dengan tetangga sering menyampaikan hal yang dianggap (istri) sebagia hal yang tidak penting. Menyampaikan detil terkait proses pembangunan rumah. Hal tersebut dianggap tidak penting (bagi istri) untuk disampaikan ke orang lain.

Ilustrasi Konflik pada pasangan. Sumber gambar: freepik.com
Ilustrasi Konflik pada pasangan. Sumber gambar: freepik.com

Hasil pemeriksaan psikologi, pasien tersebut cenderung introvert, kurang peka terhadap respon perasaan orang lain, dan kurang memiliki pertimbangan atas apa yang ia sampaikan kepada orang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun