Mohon tunggu...
Arif Alfi Syahri
Arif Alfi Syahri Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

"Hanya Mahasiswa biasa yang mencoba untuk berkarya." •Jurusan : PAI, STAI-PIQ Sumatera Barat •Instagram : @muhammadarifalfisyahri •Email : arifalfisyahri94@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perdukunan, Praktek Menyimpang yang Masih Berkembang

19 Agustus 2022   11:03 Diperbarui: 19 Agustus 2022   11:07 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Source | Freepik

Belakangan ini pembahasan mengenai dukun sangat hangat dibicarakan, ini tidak terlepas dari perseteruan antara Pesulap Merah dan Gus Samsudin. 

Namun yang akan kita bahas kali ini adalah tentang praktek perdukunan yang marak terjadi di Indonesia. Bagaimana sebetulnya profesi dukun terbentuk?  Mengapa masih banyak yang mempercayainya? 

1. Sejarah Perdukunan

Secara umum istilah dukun diberikan oleh masyarakat kepada orang yang dianggap ahli dalam suatu bidang. Seperti misalnya dukun beranak, dukun pijet, dukun sunat dan lainnya yang memang diperlukan keahlian khusus dalam melakukan hal tersebut. Dukun pada masa lampau dijadikan sebagai alternatif, sebab fasilitas kesehatan dan ahli medis belum memadai, kalaupun ada biayanya tergolong mahal terlebih di wilayah perdesaan. Dari sisi ekonomi, biaya yang dikeluarkan relatif terjangkau.

Seiring perkembangannya, perdukunan seringkali dikaitkan dengan hal-hal yang berbau magis dan spiritual. Mulailah bermunculan peramal, ahli pengobatan, bahkan ada yang bisa berinteraksi dengan makhluk halus. Hal ini tak lepas dari kepercayaan animisme kala itu yang masih mempercayai kekuatan pada benda-benda yang dianggap keramat, seperti cincin, keris dan benda-benda lainnya. Hal ini tidak hanya berlaku di Indonesia namun juga di negara maju seperti di AS. 

2. Perdukunan dan Penipuan

Perdukunan seringkali disalahgunakan untuk meraup keuntungan pribadi. Biasanya pengobatan alternatif dijadikan kedok agar orang-orang tidak mencurigai mereka. Yang penulis maksud di sini bukanlah dukun seperti dukun beranak ataupun dukun pijat, sebab itu lebih mendekati cara-cara pengobatan tradisional namun dukun yang mengaku punya kekuatan magis seperti ramalan nasib, jodoh, ilmu kebal dan lain sebagainya. 

Kebanyakan dari dukun akan mengaku sebagai tokoh agama dan mendapat kedudukan dan tempat di lingkungan masyarakat. Sebab orang tak akan mempercayainya jika ia mengaku sebagai dukun. Akhirnya agama dijadikan sampul untuk menutupi praktek sesat yang ia lakukan. Sehingga orang awam akan menganggap dukun tersebut sebagai ustadz, mbah, gus atau kiayai karena dalam pengobatan mereka membaca shalawat atau al-qur'an. Namun perlu diketahui, sekalipun orang tersebut membaca ayat-ayat dalam al-qur'an namun pada prakteknya justru menyimpang dari ketentuan agama bukan berarti itu menjadi pembenaran dari apa yang dilakukan.

Biasanya tujuan mereka ada dua yaitu uang dan pelecehan. Korban akan diiming-imingi dengan berbagai keuntungan yang bisa dia dapatkan jika "berobat" kepadanya. Kasus penipuan dan pelecehan tersebut marak terjadi di Indonesia.

3. Ruqyah, Santet dan Ilmu Hitam 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun