Mohon tunggu...
Arif Wibowo
Arif Wibowo Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di DJP.

ASN di DJP yang belajar menuliskan hal receh dan konyol sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bertemu Nostra Senhora de Rosario di 1000 Guru Maluku Utara

28 Mei 2017   12:36 Diperbarui: 28 Mei 2017   12:45 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya pernah membaca bahwa rizki itu tidak hanya berupa kenaikan gaji, kenaikan tunjangan, dapat meraih level crown, ataupun dagangan coklat susunya laris manis. Tapi bergaul dengan orang – orang muda yang berpikiran positif, punya pengalaman hebat, peduli dengan lingkungan, dengan latar belakang pendidikan, kampung halaman, ataupun pekerjaan yang beraneka ragam itu termasuk rizki yang tak ternilai. Karena tidak semua orang dipilih oleh Allah untuk mendapatkan kesempatan seperti itu.

Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional 2017, pada tanggal 6 -7 Mei 2017, saya diberi kesempatan lagi oleh komunitas 1000 Guru Malut untuk ambil bagian dalam Traveling N Teaching Ke 4. Entah apa yang mendasari panitia TNT untuk kembali meloloskan saya sebagai relawan. Biarlah itu menjadi rahasia para panitia.

TNT #4 1000 Guru Malut kali ini mengambil lokasi di SD IT Sahabat Cendekia Ternate. Ada 25 relawan yang terpilih untuk mengikuti kegiatan kali ini. Mengapa hanya 25, karena disesuaikan dengan jumlah muridnya yang hanya sekitar 70 anak. Pada saat saya ngobrol dengan Ibu Kepala Sekolah, beliau bercerita bahwa sekolah ini adalah hadiah dari sang suami. “Caaadddaaasssss.....” batin saya. Ini adalah hal yang unik sekali. Kalau biasanya kaum hawa itu suka dikasih hadiah emas, sapi, mobil, lah ini dihadiahi sekolah. “Suatu saat saya mau seperti itu ah...”

Berdiri sekitar enam tahun yang lalu diatas sebidang tanah keluarga berukuran kira – kira 1000 m2. Berawal dari sebuah bangunan kelas dari kayu, hingga akhirnya bisa membangun empat lokal kelas. Memang belum selesai sepenuhnya pembangunan kelas – kelas tersebut. Dindingnya belum dihaluskan, lantainya masih semen, ukuran tiap kelas sekitar 4 X 4 m2.

Jam tujuh pagi rombongan TNT #4 1000 Guru Malut tiba di lokasi. Adik –adik kelas 1 sampai kelas 6 sudah berjejer membentuk barisan di halaman sekolah yang tidak seberapa luas. Sebuah tiang bendera dari bambu yang di cat putih berdiri tegak di halaman. Para ibu guru pengajar berdiri bergerombol, memperhatikan rombongan yang baru datang. Pagi itu kami akan mengadakan upacara bendera memperingati Hari Pendidikan Nasional. Petugas upacaranya dari kakak – kakak relawan. Mungkin bagi sebagian kakak – kakak relawan seperti nostalgia jaman mereka SD mengikuti upacara bendera.

Setelah upacara bendera selesai, dilanjutkan dengan perkenalan kakak – kakak relawan. Susana menjadi riuh gaduh dengan atraksi dari masing – masing kakak – kakak relawan. Ada yang memperkenalkan diri dengan atraktif, ada yang kocak, ada yang kalem, ada juga yang bergaya open mic. “Peeccccaaahhhhhhh kakak....”

Oleh panitia, kakak – kakak relawan diberikan waktu 2 jam untuk belajar dan bermain bersama adik – adik SD IT Sahabat Cendekia. Untuk kelas 1, mereka belajar tentang huruf – warna – angka. Untuk kelas 2, mereka belajar mengenal waktu yaitu jam – hari – bulan. Untuk kelas 3, mereka belajar mengenai panca indera. Untuk kelas 4, mereka belajar mengenai Pancasila – lambang negara – presiden dan wakil presiden. Untuk kelas 5, mereka belajar bermacam – macam profesi. Untuk kelas 6, mereka belajar tentang peta dan kebudayaan Indonesia.

Kebetulan saya, Kak Abi ( bekerja di PT. Pos dan Giro Ternate ), dan Kak Egi ( bekerja di Panwaslu Ternate ) mendapat tugas untuk belajar dan bermain bersama adik – adik kelas 6. Mereka terdiri dari lima anak perempuan dan dua anak laki –laki. Sebelum hari H ini kita bertiga telah bersepakat untuk membagi sesi menjadi 4 sesi. Sesi pertama di handle oleh Kak Egi mengajak adik – adik bermain dan belajar mengenai kebudayaan. Kak Egi membagikan gambar – gambar makanan, rumah adat, dan tarian kepada masing – masing adik – adik. Adik – adik diminta menyebutkan asal makanan, rumah adat, maupun tarian yang ada di gambar tersebut. Yang menarik ketika salah seorang murid, Zulfikar, mengajarkan tarian Soya – Soya kepada kita, dengan iringan meja yang dipukul secara berirama dari adik – adik perempuan. Sayapun larut dalam tarian tersebut.

Sesi kedua yaitu menyusun puzzle peta Indonesia. Kak Abi telah mempersipakan puzzle tersebut. Adik –adik kelas 6 dibagi menjadu dua kubu, kubu Dang dan kubu Dut. Kedua kubu diadu dalam hal menyusun puzzle tersebut dengan durasi waktu seuluh menit. Adik – adik terlihat begitu menikmati permainan ini. Dengan tekun mereka menyusun satu – persatu potongan gambar peta tersebut. Sepuluh menit lewat sudah, tapi belum ada yang selesai menyusun puzzle itu.

Sesi ketiga adalah review atas apa yang telah dipelajari. Untuk merangsang daya kompetisi adik – adik, kita memberikan sedikit hadiah bagi yang bisa menjawab dengan tepat. Bahagia sekali melihat mereka begitu antusias menjawab setiap pertanyaan yang kami berikan. Meskipun dengan keterbatasan sarana dan prasarana tapi semangat mereka kerasa banget.

Sesi ke empat adalah pengenalan profesi. Masing – masing dari kita memperkenalkan diri kita. Mulai dari tempat asal kita, pekerjaan kita, tempat kerja kita, bagaimana sampai kita bisa bekerja sekarang ini, dan sebagainya. Terakhir adalah menempelkan cita – cita mereka yang telah dituliskan di stiker daun pada sebuah gambar pohon impian. Ada yang bercita – cita menjadi polisi, polwan, chef, guru, dokter. Ada seorang adik perempuan yang menuliskan cita – citanya adalah dokter, chef, desainer, artis, guru. “Kommmporrr ggaasss kakkkaaakkk.....”

Kelar sudah tugas kita mengajar hari ini. Empat sesi telah kita lewati dengan penuh warna. Hujan diluar yang belum reda seperti isyarat yang mengatakan jangan pulang dulu, nanti basah.

Dan sekarang saatnya traveling.

Kali ini TNT #4 1000 Guru Malut berkolaborasi dengan Ternate Heritage Society, sebuah organisasi nirlaba untuk pendidikan dan pelestarian pusaka Ternate ( pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana ) Rencananya ada 11 lokasi wisata sejarah dan wisata alam yang akan dikunjungi.

Lokasi pertama adalah Benteng Kalamata. Sebuah benteng yang dibangun tahun 1540 oleh Portugis untuk menghadapi serangan dari Spanyol yang berkuasa di Rum, Tidore. Kalau dilihat dari atas, ada yang mengatakan bentuk benteng tersebut seperti penyu, ada yang mengatakan seperti burung. Sekarang benteng tersebut tinggal bekas – bekas nya saja.

Lokasi kedua adalah....kuliner khas Ternate. Waktunya keren sangat, kok ya bisa pas lapar – laparnya kita. Gohu, papeda, kasbi, apa lagi ya....Wis pokokmen di coba semua, campur aduk jadi satu. “Makkkk nyusssss....”

Lokasi ketiga adalah Benteng Fort Oranje. Benteng ini pertama kali dibangun oleh Portugis pada tahun 1607. Dinamakan Oranje bukan karena warnanya orange, tapi sebagai perghargaan terhadap seorang tokoh Belanda bernama Oranje yang telah berjasa terhadap negara Belanda. ( Seingat saya berdasar pejelasan dari Kakak Maulana, ahli sejarah Ternate dari THS yang menjadi tour guide kita kemarin begitu. Kalaupun salah mohon diluruskan kakak...)

Lokasi keempat adalah Kadaton Ternate. Kata dasar Kadaton adalah Dato yang berarti laki – laki yang menguasai maritim. Yang menarik bagi saya adalah di balkon kadaton terdapat sebuah prasasti berhuruf arab. Menurut keterangan Kak Maulana prasasti itu menerangkan tentang sebuah sumpah bahwa siapa saja yang menjadi Sultan harus menerapkan syariat Islam. Jika tidak maka akan terjadi bencana yang maha dahsyat. Gunung akan meletus, laut akan menenggelamkan kota Ternate.

Lokasi kelima adalah Benteng Tolukko. Benteng ini adalah peninggalan Portugis. Ada sebuah anak tangga menuju kebawah. Menurut Kak Maulana, anak tangga itu merupakan jalan rahasia apabila terkepung. Jalan rahasia menuju laut, untuk kemudian melarikan diri dengan kapal.

Lokasi keenam adalah Batu Angus. Batu Angus adalah batu – batu muntahan Gunung Gamalama. Sayangnya pas di lokasi ini, saya tidur di dalam truk. Jadi maaf gak bisa bercerita banyak.

Lokasi ketujuh adalah Pantai Jikomalamo. Ini pantai yang lagi hits, instagramable sangat. Airnya jernih, bahkan kalau kamu pas sisiran gak ada kaca, kamu bisa ngaca di air laut Pantai Jikomalamo. Di tempat ini pula, kita rombongan 1000 Guru Malut bermalam. Di atas sebuah warung lesehan yang berukuran 5 X 6 m2 kita berkumpul, bercengkerama, saling sapa, memperkenalkan diri, saling ejek, ketawa bareng, nyanyi bareng, makan malam bareng, tidur masing – masing, lomba ngorok. Mandi ala kadarnya karena harus cukup dengan air satu jerigen. “Peecccahhhh....”

Lokasi kedelapan adalah Danau Tolire Besar. Danau ini terkenal sebagai tempat habitat burung terlengkap di dunia. Dan juga yang paling seru adalah adanya buaya di danau tersebut. Kesan mistis masih sangat kental di sekitar danau ini.

Lokasi kesembilan adalah Benteng Kastela. Benteng Kastela (awalnya bernama Sao Joao Baptista) didirikan pada 1522 oleh Antonio de Brito atas perintah langsung Raja Portugal (hanya ada 3 benteng di Nusantara yang dibangun atas perintah/inisiatif langsung Raja Portugal, yaitu benteng di Malaka, Pasai, dan Ternate. Dulunya bernama Nostra Senhora de Rosario yang berarti wanita cantik berkalung bunga mawar. Benteng ini menyimpan sejarah kelam rakyat Ternate. Karena di benteng ini, Sultan Khairun dibunuh secara keji setelah ditipu diajak untuk berunding. Perjuangan kemudian diteruskan oleh putra beliau yaitu Sultan Baabullah.

Lokasi kesepuluh adalah Hutan Cengkeh Gambesi. Tempat ini juga instragamable, biasanya dipakai untuk foto pre wedding.

Lokasi kesebelas adalah Danau Ngade. Tempat ini juga lagi hits dengan dibangunnya spot –spot untuk selfie dari kayu yang unik. Kakak – kakak bisa berfoto dengan pemandangan latar danau Ngade, gunung, dan laut..

Belajar tidak harus di kelas, belajar tidak harus dengan bapak ibu guru, belajar bisa dengan siapa saja dan dimana saja.

Peduli butuh aksi yang menginspirasi dan memotivasi.

Tabea.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun