Mohon tunggu...
Arif Wibowo
Arif Wibowo Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di DJP.

ASN di DJP yang belajar menuliskan hal receh dan konyol sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengajar Sehari, Menginspirasi Seumur Hidup

21 Februari 2017   08:57 Diperbarui: 21 Februari 2017   10:16 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
CIta - cita mereka ditempel di Perahu Impian (Dokumentasi Pribadi)

Saya sudah beberapa kali ke Labuha dengan rekan kerja dalam rangka urusan pekerjaan. Tapi Jumat malam ini, tanggal 10 Februari 2017, saya akan traveling sendirian ke Labuha. Jujur, bisikan dihati yang mencoba menahan kepergian malam itu terlintas pula. "Ngapain naik kapal sendirian, Jumat malam lagi. Waktunya orang istirahat, santai, setelah lima hari kerja." Alhamdulillah, dengan mengumpulkan sisa - sisa kekuatan niat yang kuat, saya perlahan - lahan bisa mengalahkan bisikan - bisikan tersebut.

 Jam delapan malam, Mas Sam, seorang keamanan di kantor, menjemput saya di tempat kos. Mas Sam ini selain keamanan di kantor, beliaunya sering dimintai tolong untuk cariin tiket kapal plus kamarnya. Saya diantar sampai menemukan kamar yang telah dipesan. Setelah selesai urusan tiket dan kamar, Mas Sam pun berpamitan pulang. Malam ini bulan terlihat penuh, langit cerah, ombak tenang. Semesta mendukung perjalanan malam ini. 

Jam 04.30, kapal Aksar Saputra berlabuh di Pelabuhan Babang, Labuha. Rupanya tempat tidur di kamar nomor 18 telah melenakan Saya. Goyangan ombak seperti ayunan yang meninabobokan, delapan perjalanan tidak terasa sama sekali. Setelah  turun dari kapal, segera saya hubungi Udin. Udin adalah adik kelas jauh dari STAN yang saat ini sedang bertugas di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan ( KP2KP ) di Labuha.  Dia juga ikut Kelas Inspirasi ini. Segera Udin mengantar saya ke messnya, memberi kesempatan saya untuk bersih - bersih badan dan bersiap ke Pelabuhan Habibi untuk bersama rombongan Kelas Inspirasi Halmahera Selatan #3    ( KI Halsel #3 ) menuju lokasi tempat kita akan menginspirasi anak - anak Halmahera Selatan.

Berawal dari talkshow di Radio RRI Pro2 FM Ternate, yang membahas tentang Kelas Inspirasi. Yang saya ingat pada saat itu akan ada pendaftaran relawan untuk KI Halsel #3 pada bulan Januari 2017. Segera setelah talkshow itu, saya mencari tahu tentang KI Halsel. Baik di FB, situsnya, maupun dari youtube. Dalam benak saya, "Ooo, ini Indonesia Mengajar." Kemudian saya lihat jadwal pelaksanannya tanggal 10, 11, 12 Februari 2017 bertepatan dengan hari Jum'at, Sabtu, Minggu. Jum'at untuk briefingnya, Sabtu pelaksanaan Kelas Inspirasinya, dan Minggu acara refleksi. Saya pikir tidak menggangu jam kerja, karena saya bisa berangkat Jum'at malam setelah pulang kantor, dan Minggu malam bisa pulang naik kapal sampai di Ternate hari Senin sekitar jam empat subuh. Yang mendorong saya untuk mendaftar via online , Saya pikir ini adalah pengalaman yang sangat berharga merasakan sebagai Butet dengan Sokola Rimbanya, ataupun Rosa Dahlia yang mengajar di Asmat. Meskipun Saya jauuuuhhhhhh banget levelnya dengan mereka, karena saya cuma sehari.

Ada sekitar 35 orang ( kalau tidak salah ya..) para Relawan Inspirator. Mereka terdiri dari bermacam profesi. Ada dokter, tentara, polisi, pajak, bankir, wartawan, pegawai BPS, insinyur, seniman, penyiar radio, pertambangan, apoteker, arsitek, pegawai BPN, pegawai BNPB. Tiga urutan terbanyak adalah dokter, polisi, tentara.

Jam tujuh pagi para relawan sudah berkumpul di Pelabuhan Habibi Labuha. Rombongan relawan dibagi delapan kelompok sesuai dengan SD yang akan mereka datangi. Ada dua kapal yang akan membawa rombongan relawan. Kapal pertama membawa rombongan relawan yang akan menuju SDN Marakoko/Kakupang, SDN Marikapal, SDN Tawabi, SDN Jere. Kapal kedua membawa robongan relawan ke SD LPM Bobo, SDN Pelita, SDN Akedabo, dan SDN Loleongusu. Berdasar daftar dari panitia, saya masuk di SDN Loleongusu. SDN Loleongusu merupakan sekolah yang lokasinya paling jauh sendiri diantara empat SD tadi. 

Sebuah longboat sudah parkir di pelabuhan Habibi. Sedikit gambaran, longboat ini lebarnya sekitar satu meter dengan panjang sekitar sepuluh meter, tidak tersedia jaket pelampung, bermesin dua. Rombongan yang terdiri dari 32 orang, satu persatu menaiki longboat. Wajah - wajah terperangah memancar dari masing - masing relawan. Untungnya ada beberapa bapak polisi dan tentara yang ada di rombongan longboat ini. Sedikit banyak membuat tenang hati - hati yang ndredeg.

Lima belas menit pertama, mesin longboat berkali - kali mati. Untungnya cuaca cerah tidak hujan, ombak tenang. Tapi itu sudah membuat beberapa wajah merengut, gelisah, terlihat mulut - mulut beberapa Ukhti bergerak - gerak melantunkan doa - doa. Seorang bapak tua yang berdiri di tengah longboat, bertugas menguras air laut yang masuk ke dalam longboat. Saya takutnya kalau mesin mati dan ombak besar, kapal pasti akan terombang - ambing. Untunglah ombak pagi itu tidak bergejolak, dan mesin akhirnya bisa bekerja dengan normal. 

Setelah dua jam perjalanan, tibalah di Pelabuhan Pelita. Ternyata yang turun di sini adalah rombongan yang mau ke SD LPM Bobo dan SDN Pelita. Rombongan SDN Akedabo dan SDN Loleongusu masih harus melanjutkan berlayar lagi. Lagi - lagi mesin longboat ngadat lagi. Hampir setengah jam kita terkatung - katung diatas longboat, hingga akhirnya panitia memutuskan berganti kapal kayu yang agak besar atau biasa disebut kora - kora. Dengan kora - kora ini kita bisa menikmati perjalanan, tidak was - was.

Rombongan relawan SDN Loleongusu yang terdiri dr. Agil Rumboko  , dr.Fahima Abusama, Bapak Polisi Dwi, Bapak Tentara Ribut, Mbak Catur Nugraheni ( BPN Labuha ), Mas Agung ( Panitia dari PPD ) dan saya tibalah di pelabuhan kecil di Loleongusu . Jam sudah menunjukkan pukul 11.30 siang. Rombongan kami disambut dengan meriahnya, seperti menyambut kedatangan Presiden. Bapak Lurah beserta staf , Bapak Kepala Sekolah, bapak dan ibu guru bergantian menyalami kami satu persatu. Murid - murid SDN Loleongusu berjajar dikiri kanan sambil menyanyikan lagu ( Maaf, saya lupa lagunya apa. Karena sangking terhenyaknya saya. ) Dan yang paling berkesan kita disambut dengan tarian Cakalele. Terus terang baru kali ini saya disambut dengan upacara adat yang wow. Biasanya saya hanya bisa melihat di berita televisi tentang penyambutan pejabat A, atau tamu negara B dengan tarian adat. Lah ini saya yang disambut dengan tarian adat. Kekinian banget.

SDN Loleongusu mempunyai murid dari kelas 1 sampai kelas 6 sejumlah 59 murid. Ada tiga lokal bangunan yang digunakan untuk aktifitas belajar dan sebuah lokal bangunan yang digunakan untuk kantor dan ruang baca. Dua lokal bangunan kelas yang sepertinya masih baru berdiri kokoh, berdinding bata, atapnya berplafon dan lantainya keramik. Sedangkan yang satu lokal bangunan kelas berdinding kayu yang sudah lapuk, atapnya banyak yang jebol, lantainya dari semen. Bersebelahan dengannya adalah kantor sekaligus ruang baca. Kondisinya setali tiga uang.Tenaga pengajar di SDN Loleongusu terdiri seorang Bapak Kepala Sekolah, tiga orang Ibu Guru tidak tetap, seorang Bapak Bagian Umum merangkap Guru Bahasa Daerah. Ditambah seorang Pemuda Penggerak Desa ( PPD ) yang telah tinggal di Loleongusu selama enam bulan, Erita Apriliasih. SDN Loleongusu adalah satu - satunya sekolah yang ada di Loleongusu. Kalau mereka mau melanjutkan SMP, SMA harus ke Labuha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun