Mohon tunggu...
Arif Rohman
Arif Rohman Mohon Tunggu... -

Menekuni masalah-masalah sosial dan isu kesejahteraan sosial. Ingin berbagi dan berkontribusi terhadap peningkatan pelayanan sosial di Indonesia. Email: arohman@csu.edu.au.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lebaran dan Cuti

12 Juli 2015   15:02 Diperbarui: 12 Juli 2015   15:02 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seperti biasa, lebaran tahun ini saya tidak bisa pulang kampung. Itu artinya, saya tidak bisa bertemu dengan Ibu saya, kakak-kakak saya, dan adik saya. Sebenarnya saya sudah beberapa kali pulang kampung, cuma tidak pada waktu lebaran, sehingga saya merasa ada sesuatu yang kurang. Padahal, lebaran adalah waktu yang tepat untuk berkumpul dan berbagi keceriaan dengan teman-teman sebaya waktu kecil yang mungkin sudah tidak tinggal lagi di kampung, entah merantau kemana, sama halnya dengan saya. Tradisi di malam lebaran di keluarga kami cukup unik, kami menerima tamu 24 jam, sampai pagi. Pada malam itu kami sekeluarga berkumpul di teras sambil berbagi cerita. Biasanya cerita-cerita lucu dari pengalaman pribadi. Saya masih ingat cerita lucu yang diperdengarkan dari tahun ke tahun ya itu-itu saja, tapi kami pasti tertawa terbahak-bahak. Tentunya dengan diselingi cerita-cerita baru. Tapi lebih banyak cerita lama. Sambil berkumpul, biasanya Ibu saya nyambi dengan memasak opor dan sambal goreng. Beda dengan kebanyakan orang, di keluarga kami sambal gorengnya memakai udang jadi terasa sekali sedapnya. Menjelang subuh kami biasanya bergerilya membagi zakat ke orang-orang yang sudah lanjut usia dan janda miskin di kampung kami, tidak terkecuali ke pemuka agama yang banyak meluangkan waktunya berdakwah. Saya tidak tahu kenapa harus subuh, mungkin saja itu waktu yang pas untuk berbagi dengan sesama. Setelah sholat Ied biasanya kami membawa makanan untuk dimakan beramai-ramai di perempatan jalan dekat poskamling. Acara tersebut terkenal dengan nama Arioyo, semacam ritual sedekah bumi yang dimodifikasi dengan cara Islam. Setelah pulang biasanya kami membikin rujak dan berkunjung ke rumah-rumah tetangga untuk bermaaf-maafan. Dulu waktu SD kami sering naik dokar (kereta kuda) dari pasar Demak ke Pasar Buyaran sambil membaca mercon atau petasan banting. Naiknya beramai-ramai sambil memanasi kusirnya supaya laju lebih cepat. Biasanya kami mencari kereta kuda yang bagus, bukan kereta yang banyak tahi kudanya. Atau kalau tidak naik kereta kuda, biasanya bersama-sama pergi ke pantai Moro Demak untuk melihat pemandangan alam dan tradisi sedekah laut. Cuma saja kebiasaan ini sudah mulai hilang. Orang lebih suka ke Semarang untuk sekedar cuci mata. Momen yang indah di saat lebaran seringkali hanya menjadi kenangan. Saya hanya bisa turut berbahagia dengan teman-teman yang bisa merayakan lebaran dengan sanak familynya. Saya juga berharap kepada Pemerintah, hendaknya waktu libur dalam rangka lebaran dibuat kurang lebih sama dengan negara-negara Barat dalam merayakan hari raya Natal. Biasanya liburan dimulai dari tanggal 23 sampai tanggal 2. Bagi yang cuti biasanya justru masuk sekitar tanggal 9. Sudah waktunya cuti sebagai hak pekerja diberikan sebagaimana mestinya. Dengan demikian arus balik mudik yang padat mungkin bisa diminimalisir dan mereka yang mudik dalam rangka lebaran bisa menikmati waktunya dengan lebih longgar tanpa harus terburu-buru untuk kembali bekerja. Memberikan waktu pekerja untuk cuti dalam setahunnya, sudah saatnya dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan pekerja yang fresh dan siap bekerja lagi dengan semangat baru. Selamat lebaran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun