Mohon tunggu...
Ari Supriadi
Ari Supriadi Mohon Tunggu... Jurnalis - interest terhadap politik, pemerintahan dan lingkungan

Warga biasa. Tukang ngopi, kerja cuma sampingan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritik Terhadap Kebijakan PPKM Mikro di Pandeglang

13 Juli 2021   00:18 Diperbarui: 13 Juli 2021   00:19 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hingga Jumat 9 Juli 2021, ketersediaan tempat tidur atau bed occupation rate (BOR) di RSU Berkah Pandeglang mengalami puncaknya. Seluruh ruangan, baik itu Ruang Isolasi Pasien Covid-19, Instalasi Gawat Darurat Covid-19, tenda darurat, termasuk IGD non pasien Covid-19 juga penuh oleh pasien. Akibatnya, manajemen RSU Berkah harus menutup sementara pasien yang akan masuk, baik itu pasien Covid-19 maupun non Covid-19 hingga jumlah pasien di dalam terurai. Sungguh kondisi yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Melalui kebijakan PPKM Mikro tentunya diharapkan akan mengurangi laju penyebaran dan penambahan kasus baru di Kabupaten Pandeglang atau dengan kata lain kasusnya dapat dikendalikan. Dengan demikian beban rumah sakit juga akan berkurang, sehingga masyarakat yang terpapar Covid-19 dengan kategori tanpa gejala atau gejala ringan tidak mesti dirawat di rumah sakit, karena bisa dilakukan isolasi mandiri di rumah atau fasilitas isolasi yang disediakan pemerintah daerah. Kemudian pasien dengan gejala sedang pun baiknya bisa dirawat di Puskesmas yang memiliki layanan rawat inap atau RS darurat. Sehingga rumah sakit bisa lebih fokus menangani pasien Covid-19 dengan gejala berat dan untuk kategori kritis bisa dirujuk ke RSUD Banten.

Bahkan Presiden Joko Widodo dalam unggahan di akun Instagram, Jumat (9/7/2021) lalu menerangkan, tidak semua pasien Covid-19 itu harus masuk rumah sakit. Dalam unggahan gambar itu dijelaskan, jika pasien tanpa gejala dengan frekuensi nafas 12-20 kali per menit saturasi di atas 94 persen, terapi bisa dilakukan dengan dengan mengonsumsi vitamin C, D dan Zinc dengan lama perawatan 10 hari isolasi sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi untuk tidak dirawat di rumah sakit, cukup isolasi mandiri di rumah atau fasilitas isolasi pemerintah. Selanjutnya dengan pasien ringan juga tidak perlu dirawat di rumah sakit, bisa dilakukan di fasilitas isolasi pemerintah atau isolasi mandiri di rumah bagi yang memenuhi persyaratan. Kemudian pasien sedang dirawat di rumah sakit, yakni rumah sakit lapangan, rumah sakit rujukan, rumah sakit darurat Covid-19 atau rumah sakit non rujukan. Terakhir untuk pasien berat dan kritis dirawat di rumah sakit HCU/ICU rumah sakit rujukan.

Pola penanganan pasien Covid-19 yang disesuaikan dengan tingkatan gejala, tujuannya agar tidak terjadi lonjakan pasien di satu fasilitas kesehatan dan beban tenaga kesehatan pun bisa berkurang. Lagi-lagi ini perlu sentuhan pemerintah dalam mengedukasi masyarakat, agar ketika terpapar Covid-19 tidak buru-buru dibawa ke rumah sakit. Kembali pada kebijakan PPKM Mikro yang ujung tombaknya ada di tingkat bawah, peran Posko Tingkat Desa/Kelurahan sangat penting dalam mengordinasikan penanganan Covid-19 sesuai dengan empat fungsi yang dimilikinya.

Tentu dengan pola penanganan kuratif dan rehabilitatif secara hierarkis ini diharapkan bisa meringankan kerja Pemkab Pandeglang dalam upaya penanganan pandemi Covid-19. Upaya ini tentunya harus dilakukan dari hulu ke hilir dan disinergikan bersama dengan unsur terkait, seperti TNI/Polri, LSM, swasta, dan juga masyarakat. Sekali lagi, Pemkab Pandeglang jangan sampai salah dalam mengambil kebijakan, karena sekali salah melangkah akan memperburuk kondisi dan upaya penanganan Covid-19.

Pemerintah Daerah Mesti Menjadi Contoh Bagi Masyarakat

Ikhtiar bersama melawan pandemi Covid-19 ini tentunya tidak cukup dilakukan oleh pemerintah. Karena dalam pemerintahan modern yang mengusung konsep good governance, perlu adanya keterlibatan aktif masyarakat, swasta, dan tentunya pemerintah itu sendiri. Namun tentu pemerintah selaku steer harus mampu menjadi kendali atas jalannya roda pemerintahan agar berjalan efektif dan efisien. Pemerintah juga harus menjadi contoh agar masyarakat selaku pihak yang diperintah bisa manut terhadap segala aturan yang diberlakukan, termasuk reward dan punishment.

Tetapi, Kamis (8/7/2021) lalu, Polres Pandeglang bersama Pemkab Pandeglang sepertinya kecolongan, karena seremoni peresmian Kampung Tangguh Nusantara Maung dan Posko PPKM Mikro di Desa Bandung, Kecamatan Banjar, Kabupaten Pandeglang, diduga menjadi pemicu terjadinya kerumunan massa. Selain itu dalam acara yang dihadiri Forkopimda juga menampilkan tarian tradisional dan penyambutan khas pejabat yang bersifat seremonial. Padahal jika mengacu pada Diktum Kesebelas huruf "j" Inmendagri Nomor: 17 Tahun 2021, disebutkan "pelaksanaan kegiatan rapat, seminar dan pertemuan luring (lokasi rapat/seminar/pertemuan di tempat umum yang dapat menimbulkan keramaian dan kerumunan" untuk kabupaten/kota zona oranye dan merah ditutup untuk sementara waktu, sampai dengan wilayah dimaksud dinyatakan aman berdasarkan penetapan pemerintah daerah setempat. Memang secara level desa, Desa Bandung, Kecamatan Banjar, nol kasus terkonfirmasi Covid-19. Tetapi apakah tamu undangan, pengamanan, dan warga yang menyaksikan acara tersebut semuanya berasal dari zona hijau atau tidak dijamin terkonfirmasi Covid-19. Kita tidak tahu, karena tidak ada pemeriksaan lebih ketat dalam acara tersebut, termasuk swab test.

Akibatnya, acara seremonial tersebut menjadi bulan-bulanan wartawan untuk dijadikan bahan pemberitaan. Tidak hanya itu, warganet di berbagai lini media sosial pun ikut melontarkan kritik terhadap "kelakuan" pemerintah daerah yang dinilai abai akan kebijakan yang sudah dibuatnya, yakni PPKM Mikro yang (katanya) diperketat.

Dengan insiden tersebut, rasanya sulit bagi pemerintah daerah untuk menjadi contoh yang baik bagi masyarakat terkait penanganan pandemi Covid-19. Sekalipun masyarakat diancam dijatuhkan sanksi pidana karena melanggar PPKM Mikro, sepertinya masyarakat bisa membantah karena pemerintah daerah sendiri yang tidak patuh atas kebijakan yang sudah dibuat. Karena harusnya sebelumnya sanksi pidana itu diberikan kepada masyarakat, pemerintah daerah terlebih dahulu melakukan introspeksi diri. Apakah selama ini penanganan Covid-19 sudah dilakukan sesuai prosedur atau pola penanganannya serampangan yang tidak jelas arah dan ukurannya. Karena sudah jelas dalam Inmendagri Nomor: 17 Tahun 2021, kepala daerah yang tidak melaksanakan ketentuan PPKM Mikro bisa dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Pasal 67-78 Undang-Undang Nomor: 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Dalam penegakan PPKM Mikro di Kabupaten Pandeglang, menurut hemat saya yang terpenting adalah implementasi lapangan yang tentunya harus bersandar pada prosedur. Selanjutnya, pemerintah daerah dengan otoritasnya harus melakukan monitoring pelaksanaan PPKM Mikro bahkan hingga ke tingkat RT dan RW. Dan terakhir adalah evaluasi, evaluasi sangat penting dilakukan untuk mengukur sejauh mana efektivitas implementasi lapangan dan monitoring secara berjenjang itu dilakukan dengan baik. Harapannya jika semua itu dilakukan dengan baik, Pemkab Pandeglang mampu melakukan pengendalian kasus Covid-19 sembari meyakinkan masyarakat mau divaksin agar tercipta herd immunity.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun