Mohon tunggu...
Alexander Arie
Alexander Arie Mohon Tunggu... Administrasi - Lulusan Apoteker dan Ilmu Administrasi

Penulis OOM ALFA (Bukune, 2013) dan Asyik dan Pelik Jadi Katolik (Buku Mojok, 2021). Dapat dipantau di @ariesadhar dan ariesadhar.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Jangan Makan Martabak Anaknya Jokowi!

18 Januari 2016   21:17 Diperbarui: 18 Januari 2016   21:37 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nah, dengan harga nan mumpuni, otomatis porsinya juga jos. Maka, sekali lagi saya peringatkan kepada semuanya untuk jangan makan Markobar, kalau sendirian. Kemungkinan sih habis, namun dengan komponen tepung, telur, dan mentega dalam jumlah besar, serta topping yang bertumpuk, maka boleh jadi bakal eneg. Menghabiskan delapan potong martabak dengan topping berbeda-beda boleh jadi akan gagal dilakukan. Maka, lebih baik makan berdua, bertiga, atau berkeluarga. Selain itu, makan martabak sendirian itu memperlihatkan kejombloan. Kasian. Kayak OOM ALFA.

Ketika ingin mengabiskan martabak di lokasi, kita harus siap-siap dana tambahan karena ceritanya nebeng di kafe Sere Manis yang menempel di hotel Puri Inn. Jadi, harus beli minumnya. Maka, sekali lagi saya ingatkan, jangan makan Markobar kalau kamu cuma bawa duit dua puluh ribu, lha minumnya di situ dimulai dari 10 ribu, jeh.

Oh, ya, mungkin juga karena dampak twitwar demi twitwar yang digulirkan antara Gibran dan Kaesang, Markobar cukup ramai, bisa satu purnama jam nunggunya. So, bagi kamu-kamu yang ora sabaran, saya sarankan jangan makan Markobar. Sebagai gambaran, di Markobar Raden Saleh ini durasi usaha dari 17.00 sampai 23.00, enam jam saja. Waktu saya datang jam 9 lewat, saya adalah pelanggan nomor 92. Jadi dalam 1 jam jumlah pelanggan yang datang bisa 15 orang yang artinya kalau mau nggak nunggu, sebuah martabak harus jadi dalam waktu 4 menit. Padahal 4 menit itu paling cuma buat nuang topping saja.

Lantas bagaimana rasanya? Hmmm, secara umum tidak terlalu berbeda dengan martabak versi lux lainnya. Topping-topping yang disediakan pada 8 Rasa default juga sudah ada di martabak-martabak versi mal lainnya. Adapun adonan inti martabaknya terbilang pas, tidak bikin eneg. Dan toppingnya juga saya bilang pas, tidak terlalu berkelebihan sampai tumpah-tumpah, seperti halnya beberapa jenis martabak mahal lain lakukan. Plus, karena kita makan di kafe, dapat piring dan garpu buat makan. Kiranya ini kafe dan Markobar telah melakukan kerjasama berprinsip simbiosis mutualisme. Sama-sama jomlo, eh, sama-sama untung.

Terakhir, saya hanya hendak mengingatkan bagi kamu-kamu yang punya bayangan bahwa anak Presiden itu lebih layak jualan proyek, jualan mobil nasional, punya banyak pabrik, hingga memungut iuran televisi, saya sarankan jangan makan martabaknya Markobar, soalnya persepsi kamu itu sudah bikin eneg duluan. Heuheu. Yah, setidaknya Markobar dapat menjadi pilihan menarik untuk menghabiskan waktu sambil ngobrol dan bercerita tentang masa lalu serta merencanakan masa depan. Uhuk!

Oh, peringatan terakhir, harap ditaati. Jangan sekali-kali makan martabak anaknya Jokowi, bersama selingkuhan. Bukan apa-apa, ora ilok. Oke?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun