Kampanye digital adalah praktik penggunaan media digital untuk menyebarkan pesan atau gagasan tertentu dalam upaya mencapai suatu tujuan dengan cepat. Mengingat bahwa setiap orang akrab dengan teknologi dan memiliki akses ke media sosial, kampanye digital adalah salah satu cara paling sederhana untuk berkomunikasi dengan publik. Kampanye digital terlihat sangat sukses karena menyebar dengan cepat dan dengan sedikit biaya. Jangkauan dan aksesibilitas media digital yang sangat luas akan mempermudah penyaluran ide atau informasi yang akan dikomunikasikan. Komponen utama kampanye digital meliputi struktur, rutinitas, dan organisasi kerja, partisipasi dalam ruang informasi online, pengumpulan dukungan bawaan dan alokasi sumber daya, dan penggunaan simbol. Salah satu faktor penting untuk keberhasilan kampanye digital adalah struktur organisasi dan rutinitas sehari-hari.
Semakin banyak dukungan yang dikumpulkan, semakin tinggi kemungkinan kampanye digital akan berhasil karena menunjukkan bahwa materi tersebut telah tersedia dan diterima oleh khalayak luas. Jika pengetahuan didukung oleh kelompok yang kuat, itu akan menyebar lebih cepat. Selain itu, pemasaran digital akan lebih berhasil jika distribusi disertai dengan logo perusahaan yang menjalankan kampanye.
Jepang mencanangkan gagasan "Masyarakat 5.0", yaitu masyarakat yang "berpusat pada manusia" dan "berbasis teknologi". Masyarakat 5.0 memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) akan mengubah data besar apa pun yang dikumpulkan dari internet. Internet of Things telah berubah menjadi cabang pengetahuan baru yang didedikasikan untuk memajukan potensi manusia dan menciptakan peluang. Perubahan ini akan memungkinkan orang untuk memiliki kehidupan yang lebih bermakna.
Instagram adalah situs media sosial yang memungkinkan pengguna memposting informasi dalam bentuk gambar. Pengguna Instagram juga dapat berbagi informasi dalam bentuk video, tetapi hanya yang berdurasi kurang dari 60 detik. Padahal, jumlah pengguna Instagram selalu bertambah. Menurut data per Juni 2018, ada 1 miliar pengguna aktif bulanan di Instagram.
Agichtein menyatakan bahwa kemampuan pesan untuk memberikan nilai antisipasi menentukan kualitas isi. Karena bahan bersifat subjektif, sulit untuk menilai kualitasnya. Karena konten dinilai tinggi oleh pengguna tertentu, konten tersebut mungkin dinilai lebih rendah oleh pengguna lain. Oleh karena itu, beberapa Literatur menawarkan sejumlah standar untuk menilai kualitas konten. Umpan balik pengguna, volume data, objektivitas, relevansi, ketergantungan, ketelitian, kebenaran, ketepatan waktu, pemahaman, nilai tambahan, konsistensi, keamanan, aksesibilitas, kepercayaan, dan kegunaan adalah beberapa pertimbangan lainnya.
