"Kasih yang sejati tidak menunggu untuk dibalas, tetapi tetap memberi, meski dalam luka."
Dear Jumat Agung 2025,
Hari ini kau datang lagi. Membawa hening yang berbeda dari hari-hari biasanya. Bukan hening yang kosong, tapi yang penuh makna.
Kau memanggil hatiku untuk duduk diam, menoleh ke dalam, dan mendengarkan ulang kisah yang selalu berhasil mengguncang bagian terdalam dari diriku.
Kisah tentang seorang Pribadi yang tahu bahwa Ia akan disakiti, ditinggalkan, bahkan dikhianati---tetapi tetap memilih untuk mengasihi.
Aku sebenarnya menemukan kalimat ini di sebuah video TikTok: "Dia tahu bahwa Dia akan dikhianati, tetapi Dia bisa mengasihi yang mengkhianati Nya." Lucunya, justru dari sana hatiku seperti dipeluk. Kalimat itu sederhana, tapi dalam sekali.
Sebagai manusia, aku sering merasa bahwa kasih itu semestinya timbal balik. Kalau aku disakiti, aku akan mundur. Kalau aku dikhianati, aku akan menarik kasihku. Tapi Yesus tidak begitu. Dan di sinilah aku mulai merenung lebih dalam.
Kasih yang Tahu Tapi Tetap Memilih
Yesus tahu. Itu yang paling menamparku. Dia tahu siapa yang akan menjual-Nya. Dia tahu siapa yang akan menyangkal-Nya tiga kali.
Dia tahu siapa yang akan lari meninggalkan-Nya saat semua mulai gelap. Dia tahu bahwa orang-orang terdekat-Nya akan gagal mencintai-Nya dengan sempurna, tetapi Ia tetap mencintai mereka dengan sempurna.
Namun, Ia tetap duduk bersama mereka di meja perjamuan. Ia tetap membasuh kaki mereka satu per satu---termasuk kaki Yudas, si pengkhianat.
Bayangkan, membasuh kaki orang yang sedang menyusun rencana untuk menyerahkanmu. Itu bukan hanya soal kerendahan hati, itu soal kasih yang tidak bergantung pada perlakuan orang lain.
Kasih yang tidak dikendalikan oleh rasa takut akan dikhianati, tapi digerakkan oleh kesadaran bahwa setiap manusia membutuhkan sentuhan kasih.