"Bisnis itu bukan ATM berjalan yang bisa ditarik seenaknya, tapi kenapa preman selalu merasa punya hak untuk ambil saldo?"
Pernah dengar cerita tentang preman yang datang ke toko atau kantor menjelang hari raya buat "minta THR"? Kalau iya, berarti kamu nggak sendirian. Ini fenomena yang sering banget terjadi di Indonesia.
Beberapa kelompok yang mengatasnamakan organisasi atau komunitas tertentu tiba-tiba muncul, menagih uang lebaran ke perusahaan-perusahaan.
Mereka bukan karyawan di sana, nggak punya hubungan resmi dengan bisnis itu, tapi tetap datang seolah-olah mereka berhak dapat bagian. Kok bisa ya?
Ini bukan sekadar kejadian musiman. Premanisme dalam dunia usaha sudah menjamur sejak lama, dari pungutan liar harian, uang keamanan, sampai pemerasan berkedok THR.
Yang jadi pertanyaan besar: kenapa sih bisnis selalu jadi target empuk? Kenapa banyak perusahaan lebih memilih bayar daripada melawan? Apa karena perlindungan hukum masih lemah atau ada alasan lain?
Kenapa Preman Selalu Ngincer Pengusaha?
Premanisme yang menyasar bisnis ini ibarat penyakit lama yang susah disembuhkan. Awalnya, mereka datang menawarkan "perlindungan" dari ancaman luar.
Tapi lucunya, sering kali ancamannya mereka buat sendiri. Kalau pengusaha nggak bayar, mulai deh muncul intimidasi. Bisa berupa ancaman halus, aksi premanisme terang-terangan, atau bahkan sabotase bisnis.
Bayangin kalau kamu punya usaha kecil, terus ada yang datang tiap bulan nagih "uang keamanan". Kalau nggak dikasih, tiba-tiba barang daganganmu dirusak atau pelangganmu diintimidasi.
Daripada bisnis terganggu, akhirnya banyak yang memilih nurut dan bayar aja. Awalnya mungkin cuma uang keamanan, tapi lama-lama berkembang jadi pungutan macam-macam, termasuk THR dadakan menjelang hari raya.
Kenapa pengusaha nggak melawan? Jawabannya simpel: risiko terlalu besar. Kalau mereka berani menolak, bisa jadi bisnisnya malah kena masalah lebih besar.