Globalisasi, Ketimpangan, dan Eksploitasi dalam Tata Dunia Baru
Globalisasi sering kali diklaim sebagai jalan menuju kemakmuran bersama dengan janji menciptakan kesejahteraan dan mengurangi kemiskinan. Namun, dalam kenyataannya, globalisasi justru memperlebar kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin. Dokumenter "The New Rules of the World" oleh John Pilger mengungkap bagaimana sistem ekonomi global saat ini lebih menguntungkan segelintir elite ekonomi sambil mengeksploitasi negara-negara berkembang, khususnya Indonesia. Dokumenter ini menggambarkan bagaimana korporasi besar, institusi keuangan global seperti Bank Dunia dan IMF, serta pemerintah negara adidaya berperan dalam menciptakan ketimpangan sosial dan ekonomi yang semakin mendalam.
Dampak Globalisasi terhadap Ketimpangan Ekonomi
Salah satu dampak utama globalisasi adalah meningkatnya ketimpangan ekonomi. Meskipun dunia saat ini memiliki kapasitas luar biasa untuk menciptakan kekayaan, ketimpangan antara kaya dan miskin semakin tajam. Hanya sebagian kecil individu dan korporasi besar yang menguasai sebagian besar ekonomi dunia. Misalnya, General Motors lebih besar daripada perekonomian Denmark, dan Ford lebih besar dari Afrika Selatan. Perusahaan-perusahaan raksasa ini tidak hanya mengendalikan ekonomi global tetapi juga menentukan aturan perdagangan yang sering kali merugikan negara berkembang.
Peningkatan kekayaan yang dimiliki oleh segelintir individu tidak diiringi dengan peningkatan kesejahteraan bagi mayoritas penduduk dunia. Sebaliknya, banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, mengalami eksploitasi ekonomi oleh perusahaan multinasional yang memanfaatkan tenaga kerja murah dengan kondisi yang buruk.
Eksploitasi Tenaga Kerja di Negara Berkembang
Dokumenter ini menyoroti bagaimana negara berkembang, khususnya Indonesia, dijadikan basis produksi bagi merek-merek terkenal seperti Nike, Reebok, dan GAP. Pekerja di pabrik-pabrik ini dibayar dengan upah yang sangat rendah hanya sekitar satu dolar per hari, jauh di bawah standar hidup yang layak. Mereka bekerja dalam kondisi yang sangat buruk dengan jam kerja yang panjang, sering kali hingga 24 jam dalam satu shift, dan dalam suhu yang mencapai 40 derajat Celsius tanpa fasilitas yang memadai.
Pabrik-pabrik ini dimiliki oleh kontraktor Taiwan dan Korea yang bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan multinasional Barat. Meski ada "kode etik" yang diklaim oleh perusahaan-perusahaan ini untuk melindungi pekerja, implementasinya lemah dan lebih bersifat simbolis ketimbang memberikan perlindungan nyata bagi buruh.
Peran Bank Dunia dan IMF dalam Sistem Ekonomi Global
Bank Dunia dan IMF pada awalnya dibentuk untuk membantu rekonstruksi ekonomi pasca Perang Dunia II, tetapi seiring waktu, mereka menjadi alat bagi negara kaya untuk mengendalikan negara berkembang. Mereka menawarkan pinjaman kepada negara miskin, tetapi dengan syarat bahwa negara penerima harus melakukan privatisasi dan memberikan akses luas kepada perusahaan-perusahaan asing untuk mengeksploitasi sumber daya alam mereka.