Mohon tunggu...
Arif Sadewa
Arif Sadewa Mohon Tunggu... profesional -

Love, Peace and Harmony

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Atheisme dan Kegagalan Agama Menghadapi Logika (1)

25 Juli 2013   07:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:04 1794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Atheisme atau kepercayaan yang meyakini bahwa dunia ini ada dengan sendirinya tanpa adanya peran serta Sang Pencipta tidaklah lahir begitu saja.  Atheisme lahir karena benturan iman dan logika.

Kasus penghukuman pernah terjadi terhadap ilmuwan Polandia Nicolaus Copernicus (1473-1543) oleh gereja Katolik. Hal itu karena wacana yang ia simpulkan dari peralatan sederhana, perhitungan matematika dan logika sederhana bahwa matahari adalah pusat tatasurya (heliocentic). Sebaliknya gereja mengatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya (geocentric).

Kasus penghukuman yang juga berulang menimpa seorang ilmuwan Galileo Galilei (1564-1642) merupakan contoh kegagalan agama menghadapi logika atau ilmu pengetahuan.  Galileo mempelajari teori Copernicus dengan peralatan dan metode penghitungan lebih canggih, termasuk menggunakan teleskop.  Bukan saja ia membenarkan teori Copernicus, ia justru menemukan bahwa beberapa planet memiliki satelit, di antaranya Jupiter.  Kebenaran teori heliocentric terbukti secara kasat mata dan tak terbantah.  Bulan Desember 1613 ia menulis sepucuk surat kepada teman profesornya di Piza Universidad dan juga seorang Bishop:

"Bagaimana mungkin sebuah kesimpulan yang didasarkan bukti nyata bisa dibatalkan oleh ayat-ayat kitab suci yang terdiri dari beribu kata dengan berbagai penafsiran? Padahal setiap ayat dalam kitab suci tidak diikat dengan hukum-hukum yang pasti sebagaimana terjadi pada setiap kejadian alam.." (A Pictorial istory of The World's Great Trials, h 53).

Pernyataan Galileo tidak hanya menyentuh koridor ilmu pengetahuan dan teknologi, nampaknya ia juga telah memasuki wilayah kawasan agama.  Hal itulah yang membuat berang tokoh-tokoh agama kala itu. Terpaksa Galileo selanjutnya harus menjalani hidup dengan kebutaan total karena hukuman.  Padahal dialah penemu teleskop yang membuat semua orang bisa melihat cakrawala dengan menggunakan mata. Pemberi mata bagi seluruh dunia itu justru kehilangan matanya sendiri sungguh besar pengorbanannya.

Kejadian di atas hanya sebagian dari rangkaian sejarah sentuhan antara agama dan ilmu pengetahuan atau logika yang pernah terjadi.  Tapi kejadian-kejadian semisal telah memicu renggangnya hubungan antara agama (iman) dan ilmu pengetahuan (logika).  Nampaknya agama memiliki dunia sendiri dan logika memiliki tempat sendiri yang terpisah dan tidak bisa disatukan. Seolah-olah Tuhan itu memiliki hukum sendiri dan alam semesta memiliki hukumnya sendiri.  Atau bisa dikatakan bahwa Tuhan itu naudzubillah munafik, karena perkataan (wahyu berupa kitab suci) dan perbuatan (alam semesta ciptaanNya)nya berbeda.  Tentu logika akan menolak hak itu.  Ilmuwan pun lalu mencari dunianya sendiri dan menjauhkan diri dari agama karena agama bagi mereka hanya kumpulan doktrin yang tidak masuk akal.  Atheisme bagi sebagian menjadi jalan yang mereka pilih, sebagian lainnya tetap mempertahankan imannya sambil terus mengembangkan logika meskipun harus bersikap mendua.

Sikap yang baik bisa ditunjukkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727) terhadap doktrin agama pada mulanya. Lalu ia mencoba menganalisa iman dengan nalar dan rasionalitasnya, dan ternyata  justru ia harus menolak imannya.Sebagai tanda penghargaan atas kegeniusan Newton, ia telah ditunjuk sebagai anggota kehormatan (fellowship) dari “College of the Holy and Undivided Trinity” dari Universitas Cambridge, jabatan yang dipegangnya selama bertahun-tahun. Namun pada tahun 1675 ia diberikan pilihan apakah harus meninggalkan jabatannya atau tetap pada keyakinannya. Ia harus memilih mengkompromikan keyakinannya dan menyatakan mengikuti kebiasaan lama agamanya melalui sumpah pentahbisan. Pembangkangannya untuk mengikuti akidahnya yang berlaku umum mengakibatkan ia kehilangan jabatan dan penghasilan sebesar £60 setahun, suatu jumlah yang amat besar di masa itu. Ia dicopot dari kedudukan sebagai anggota terhormat dan dari jabatannya di universitasatas tuduhan bid’ah.

Ketidakmampuan pemikir-pemikir dan tokoh-tokoh agama menyajikan tafsir progresif terhadap kalam Tuhan mengikuti perkembangan jaman, dan gagalnya ilmuwan mengenali kebenaran Tuhan melalui logikanya yang kering dari kalam Tuhan menjadi masalah serius.  Perkembangan ilmu pengetahuan kemudian justru menjadikan pengikut agama menjauh dari agama karena tidak menemukan kepuasan, sehingga agama mereka hanya tinggal ritual yang kosong dari ruh agama.  Negara-negara eropa dan amerika menyajikan dengan gamblang situasi tersebut.  Bagaimana rumah2 ibadah di sana kesulitan mengumpulkan umat untuk beribadah karena bagi mereka rumah ibadah dan ritualnya hanya menyajikan hal yang tidak masuk akal. Pekerjaan rumah besar bagi pemikir-pemikir agama di sana untuk mengembangkan penafsiran agama yang menyediakan tempat luas bagi logika dan ilmu pengetahuan.

Nietzsche dengan gaya dramatisnya menyatakan kalau Tuhan sudah mati. Adapun Rousseau mengajukan suatu sintesa dari suatu agama baru sebagai pengganti dari agama-agama yang diwahyukan. Ia menekankan perlunya suatu agama yang didasarkan pada telaah atas fitrat dan pengalaman manusia. Ia mengusulkan bahwa fikiran manusia sudah sewajarnya menyusun sendiri ketentuan hidup sebagai warganegara atau peraturan menjalani hidup. Rousseau rupanya menjadi salah satu pemula dari para filosof Eropah yang memberontak secara terbuka terhadap filsafat yang berkaitan dengan keimanan kepada Tuhan. Masa itu merupakan era dimana agama secara langsung dan terbuka dipengaruhi oleh gerakan rasionalitas.

(Bersambung ke:   http://filsafat.kompasiana.com/2013/07/27/atheisme-dan-kegagalan-agama-menghadapi-logika-2-576996.html)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun