Mohon tunggu...
Arief Purnama
Arief Purnama Mohon Tunggu... Guru - Guru kampung

hanya dari seorang arief | tetap tersenyum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak

17 Maret 2018   19:13 Diperbarui: 17 Maret 2018   19:46 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak

Oleh: Arief Purnama, S.Pd           

Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologi seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk melakukan sesuatu. Mental dalam diri seseorang sangat berpengaruh pada kondisi percaya diri. Seseorang yang memiliki mental kuat biasanya memiliki tingkat percaya diri yang tinggi. Sebaliknya, orang yang memiliki mental lemah biasanya memiliki tingkat percaya diri yang rendah. Mental menjadi penentu tingkat percaya diri seseorang.

Seseorang harus memiliki percaya diri yang tinggi karena percaya diri itu sangat penting, terlebih pada anak beranjak remaja. Di masa remaja permasalahan yang sering muncul adalah krisis percaya diri. Pada level terendah krisis percaya diri yang dialami anak remaja mampu membuatnya seolah-olah ia tidak pantas berada di lingkungannya. Bahkan di lingkungan terdekatnya sekalipun, seperti di kelas. Di depan teman-teman sebayanya merasa tidak pantas, tidak berguna, takut salah, gerogi dan gugup. Hal ini menyebabkan seorang anak menjadi pendiam, pesimis, takut dan tidak kreatif. Sungguh sangat disayangkan hal ini terjadi untuk seorang anak remaja yang sedang tumbuh kembang.

Sebelum kita bahas tentang bagaimana menumbuhkan rasa percaya diri pada anak, ada baiknya kita ketahui terlebih dahulu apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya krisis percaya diri pada anak remaja. Sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya krisis percaya diri pada anak dan masing-masing faktor berbeda-beda, daya pengaruhnya pun berbeda-beda sangat tergantung pada situasi dan kondisi pada anak remaja yang bersangkutan. Faktor yang mempengaruhi bisa dari dalam dan dari luar diri anak. Faktor yang berasal dari dalam diri anak  antara lain: faktor mental, pikiran buruk dan keadaan pisik. Sedangkan faktor dari luar antara lain: faktor lingkungan, status sosial dan hubungan dengan orang lain.

Faktor mental memang sangat dominan terhadap rasa percaya diri anak. Terlebih anak remaja yang sedang mengalami masa panca roba, masa dimana seorang anak remaja sedang memasuki pubertas. Di masa ini anak sedang membentuk jati diri. Tanpa disadarinya, proses pembentukan jati diri ini menuntut harus tampil sempurna dan maksimal, namun bila tidak tercapai ia akan mengalami rasa tidak percaya diri. 

Pikiran buruk yang muncul di benak seorang anakpun menjadi faktor penentu terjadinya krisis percaya diri, takut tidak disukai, tidak diterima, takut tidak sesuai dengan harapan orang lain, bahkan takut diejek atau dibully oleh orang di sekitarnya. Faktor lain yang datang dari dalam diri adalah keadaan fisik seorang anak remaja, entah karena kurang tinggi, bau badan kurang sedap yang berlebihan, atau mungkin ada kekurangan lain, itu semua dapat menimbulkan krisis percaya diri pada anak.

Selain faktor dari dalam, faktor lain yang datangnya dari luar diri anak juga dapat menimbulkan krisis percaya diri. Faktor lingkungan misalnya, lingkungan di sekitar anak merupakan faktor dominan, dimana seorang anak kerap kali menjadikan lingkungannya sebagai tolak ukur bagi penampilan dirinya. Ketakutan yang berlebihan terhadap tidak diterimanya dilingkungan dapat menimbulkan krisis percaya diri pada anak. 

Tidak mendapat respon positif juga merupakan salah satu faktor penentu krisis percaya diri. Seorang anak ketika bergaul, bersosialisasi dan berinteraksi ingin mendapatkan respon yang baik dari rekannya, bila tidak akan membuat seorang anak menjadi tidak percaya diri. Selain itu status sosial juga berpengaruh pada rasa percaya diri anak. Merasa status sosialnya tidak tinggi, merasa tidak mampu, merasa tidak memiliki apa-apa dan merasa hidup dibawah garis pra sejahtera serta merasa berasal dari keluarga kurang mampu, merupakan faktor yang dapat mempengaruhi percaya diri anak.

Setelah mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi rasa percaya diri pada anak, maka kita dapat melihat tanda-tanda dan menginventarisir  sikap atau prilaku seorang anak yang sedang mengalami krisis percaya diri. Antara lain: lebih senang menyendiri, menarik diri dari pergaulan, anak menjadi pendiam, rasa takut yang berlebihan dan muncul rasa malas.

Bila keberadaan kita adalah seorang guru atau orang tua dari anak yang sedang mengalami krisis percaya diri, maka peran kita sangat diharapkan dan kita adalah orang yang paling tepat dalam membantu menumbuhkan rasa percaya diri. Pertama, mulailah dengan pujian, temukan kelebihan yang ada pada anak. Pujilah sesuai dengan tingkat dan porsi yang tepat, tidak berlebihan. Bahkan sesekali boleh berikan reward atau penghargaan atas prestasi yang telah ia raih. Atau bukan hanya prestasi, tapi bisa apa saja yang ia telah raih atau ia telah kerjakan sesuai dengan kebiasaan, tata tertib, norma dan agama. Jangan lupa dekatkan ia pada ajaran agama, tingkatkan terus iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga ia menyadari bahwa selalu ada Tuhan di hati dan setiap tindakannya.

Kedua, yakinkan bahwa kekurangan yang ada pada dirinya bukan kesalahan. Setiap manusia memiliki kekurangan, tidak ada yang sempurna. Memang banyak orang di sekitar kita yang lebih tertarik pada kekurangan orang lain dan menggunjingkannya. Namun demikian kita tidak boleh terpengaruh dan kecil hati justru harus kita tunjukkan bahwa kita juga memiliki kelebihan yang dapat dibanggakan. Beri tahu anak kita bahwa kekurangan dapat diubah menjadi kelebihan. Kekurangan tidak untuk ditutupi justru harus dikelola menjadi sebuah kelebihan. Jika Tuhan memberikan kekurangan pasti ada bagian lain yang dilebihkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun