Mohon tunggu...
arief piliang
arief piliang Mohon Tunggu... -

Putera Sijunjung yang tengah jihad ilmu di kota Padang

Selanjutnya

Tutup

Politik

5 Alasan Keren Untuk Meneladani Tan Malaka

28 Januari 2016   18:34 Diperbarui: 28 Januari 2016   18:45 1597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="http://historia.id/img/foto_berita/803150324_Tan-Malaka.jpg"][/caption]Tan Malaka adalah pejuang kemerdekaan yang pertama kali membangun pondasi Indonesia sebagai negara republik. Kendati diangkat sebagai pahlawan nasional oleh Sukarno, semasa Orde Baru nama Tan Malaka menghilang dari buku-buku sejarah bangsa. Konon alasannya karena Tan Malaka adalah pejuang berorientasi kiri. Tan Malaka pernah menjabat sebagai Ketua Umum PKI, Wakil Komunis Internasional untuk kawasan Asia Timur dan Ketua Partai Murba.

Ironisnya, Tan Malaka ditembak mati oleh bangsanya sendiri. Kejadian ini berlangsung pada  21 Februari 1949 di desa Selo Panggung. Menurut Harry A.Poeze, sejarahwan Belanda yang gandrung meneliti Tan Malaka, pelakunya adalah seorang letnan dua dari Tentara Republik Indonesia bernama Sukotjo. Ia kemudian menjadi walikota Surabaya. Itu adalah aksi pribadi dari Sukotjo. Tidak ada perintah tembak mati dari atasan Sukotjo atau pimpinan tentara Indonesia. Karena itu, bulan Februari dikenal pula sebagai bulan hilangnya Tan Malaka. Tentu saja banyak yang bisa kita teladani dari Tan Malaka, tetapi untuk tahap awal, menurut saya ini 5 alasan terbaiknya.

 1.   Demi berjuang, jadi jomblo sepanjang hayat

Kendati punya otak encer dan nyali besar, nyatanya Tan Malaka (1897-1949) itu jomblo seumur hidupnya. Jadi jangan heran kalau Tan Malaka dikenal sebagai “Pejuang Revolusioner Yang Kesepian” Tapi jomblonya Tan ini bukan berarti dia tak laku ya. Dalam banyak catatan, Tan sebenarnya dikelilingi oleh para perempuan yang terkagum-kagum oleh geliat revolusioner Bapak Republik Indonesia.

Sebut saja Fenny Struyuenberg, seorang mahasiswa kedokteran, teman Tan semasa kuliah di Haalem Belanda. Dalam satu surat kabar lama di Rusia juga pernah disebutkan Tan punya kekasih gadis Rusia, tetapi tidak disebutkan namanya, apalagi fotonya. Ada pula Nona Carmen, puteri bekas pemberontak di Filipina dan rektor Universitas Manila. Kemudian Paramita Abdul Rahman.

keponakan Subarjo Djoyohadisuryo, mantan Menteri Luar Negeri, dan Syarifah Nawawi, teman sekolahnya di Kweekschool Bukittinggi. Ketika ditanya Adam Malik, Tan Malaka hanya menjawab, “Tapi semuanya itu katakanlah hanya cinta yang tidak sampai, perhatian saya terlalu besar untuk perjuangan Indonesia.” Jomblo karena bela negara, kira-kira sekarang tipe kagak gini masih ada gak ya?

2.   Hidup Miskin semasa Kuliah di Belanda

Uang bulanan Tan itu sangat sedikit, jadi ia terpaksa hidup miskin ketika berkuliah di Sekolah Tinggi Keguruan di Haarlem Belanda. Kamar kostnya di loteng yang sempit dan gelap, menu makannya ala kadarnya, dan tidak pernah mengenakan jaket tebal di musim dingin, karena tidak punya uang. Semua ini membuat Tan kemudian terserang radang paru-paru. Tetapi semangat belajar dan menulisnya tidak padam karena kemiskinan ini. Nah, coba bayangkan dengan kita-kita yang langsung nelpon orangtua waktu kiriman bulanan datang terlambat.

 3.   Meninggalkan pekerjaan demi buruh kontrak

Sepulang dari Belanda, Tan pernah bekerja sebagai guru pengawas di sekolah perkebunan Senembah Mij di Deli Sumatera Utara. Konon gajinya cukup lumayan. Tapi Tan mendadak minta berhenti karena tidak tega melihat penderitaan buruh kontrak di sana. Sementara usulan-usulan Tan untuk mensejahterakan keluarga buruh kontrak perkebunan tebu itu selalu ditolak para pengusaha. Tan minta berhenti lalu mendirikan sekolah rakyat SErikat Islam di Semarang.

 4.   Menentang Lenin, Presiden Partai Komunis Dunia

Tan sempat datang ke kongres partai komunis se-dunia di Moskwo Rusia. Sebagai utusan dari negara terjajah, Indonesia, Tan Malaka berani menentang Lenin, yang waktu itu ibarat dewa-nya Partai Komunis se dunia. Waktu itu Tan baru berumur 25 tahun, sementara Lenin sudah menjadi Perdana Menteri Uni Sovyet.

Tan ngotot kalau gerakan komunis dunia harus bersinergi dengan gerakan Islam karena tujuannya sama, yaitu mengusir kapitalis-imperialis. Padahal, Lenin sudah bersabda supaya gerakan komunis ini jalan sendiri-sendiri saja. Bukannya marah, Lenin malah mengangkat Tan Malaka sebagai komandan partai komunis untuk regional Asia Timur. Bandingkan dengan kita. Kalau cuma ketemu dosen killer dan calon mertua, dengkul kita sudah gemetaran kayaknya masih perlu belajar banyak lagi dech.

 5.   Berani beda dengan teman-temannya

Sewaktu Tan menjadi komandan Partai Komunis di kawasan Asia Pasifik, PKI dipimpin Alimin, Musso, Boedisoetjitro, Sugono, dan lainnya mau memberontak kepada Kolonial Belanda. Meskipun teman-temannya sudah satu suara, Tan ngotot supaya rencana itu dibatalkan. Karena dia melihat kekuatan PKI dan rakyat Indonesia saat itu belum kuat, sehingga pemberontakan ini akan menjadi alasan bagi belanda untuk bertindak tegas kepada para revolusioner.

Akibat penolakannya ini, Tan dimusuhi oleh teman-teman seperjuangannya, tapi Tan tetap keukeh menolak rencana pemberontakan itu. Benar saja, ketika pemberontakan itu terjadi, tentara Belanda langsung menumpas habis gerakan perlawanan rakyat. Bukan hanya aktivis kemerdekaan, tetapi rakyat yang tidak tahu apa-apa kemudian dibuang ke Boven Digul Papua.

 

Oke, begitu dulu ya. Nanti kelanjutannya saya ketak-ketik dulu :D 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun