Mohon tunggu...
Arief Nur Rohman
Arief Nur Rohman Mohon Tunggu... Guru - Manusia

Pegiat Moderasi Beragama Provinsi Jawa Barat. Menaruh minat pada Pendidikan, Pengembangan Literasi, Sosial, Kebudayaan, dan Pemikiran KeIslaman.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Santri dan Sikap Moderasi

22 Oktober 2021   06:28 Diperbarui: 22 Oktober 2021   10:08 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santri dan Sikap Moderasi (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Asal Usul Santri

Kata santri, jika ditelusuri banyak yang berasal dari ragam budaya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “santri” memiliki dua makna. Pertama, orang yang mendalami agama Islam. kedua, orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh/ orang saleh.

Kata “santri” menurut C.C Berg, berasal dari bahasa India,  Sashtri yaitu orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau orang yang memiliki keahlian dalam menguasai kitab suci agama Hindu.

A.H. John Mendefinisikan “santri” berasal dari bahasa Tamil, yang artinya guru mengaji. Namun, lain hal nya dengan Nurcholis Madjid, asal-usul “santri” bisa dilihat dari dua pendapat. Pertama, santri berasal dari perkataan “sashtri” dalam bahasa Sansekerta mempunyai arti melek huruf. Dalam konteks ini Nurcholis Madjid memaknai bahwa kaum santri adalah seseorang yang mendalami agama melalui teks-teks kitab keagamaan yang ditulis dalam bahasa Arab. Kedua, kata santri berasal dari  kata “cantrik” yang memiliki makna seseorang yang selalu mengikuti guru ke mana pun guru tersebut menetap.

Ada pula sebagian orang yang mengaitkan, istilah santri dengan kata dalam bahasa Inggris, yaitu sun (matahari) dan three (tiga), artinya tiga matahari. Kata ini memiliki makna untuk senantiasa menjaga diri santri dari tiga prinsip yaitu: Iman, Islam, dan Ihsan. Hal ini bisa pula bermakna agar senantiasa menjaga ketaatan kepada Allah, menjaga ketaatan kepada Rasul, dan menjaga hubungan dengan pemimpin.

Dalam bahasa Arab, istilah “santri” disusun berdasarkan empat huruf hijaiyah yang masing-masing hurufnya memiliki padanan kata dan makna tersendiri. Sin, Nun, Ta, dan Ro. Dari huruf Sin, ini merujuk pada kata Satrul al-Awroh “menutup aurat” artinya menjaga kesucian, kehormatan, dan marwah diri, lingkungan, serta lembaga. Huruf Nun, merujuk pada Na’ibul Ulama “wakil ulama”. Kata ini memiliki makna sebagai generasi penerus keilmuan ulama, mewarisi kearifan ulama, serta memiliki sikap intelektual.  Huruf Ta menyusun kata Tarkul al-Ma’ashi, “meninggalkan kemaksiatan” kemadaratan, dan meninggalkan hal yang tidak bermanfaat. Dan huruf terkahir yang menyusunnya kata “santri” yaitu Ro, Raisul Ummah, memiliki makna “pemimpin umat”.

Sikap Moderasi

Definisi santri, telah mewakili banyak ragam kebudayaan, tradisi, agama, dan bahasa. Istilah santri juga merujuk tidak hanya dalam konteks Indonesia, akan tetapi juga dalam konteks luar. Seperti istilah dalam Sansekerta (India) yang mewakili agama Hindu, kemudian Arab (Islam), Inggris (Mayoritas agama Kristen), serta masyarakat Jawa sendiri.

Hal ini merupakan bukti satu keragaman kebudayaan yang diserap, heterogenitas masyarakat, serta kelekatan tradisi yang mengakar dalam diri santri. Wajar saja jika kita menemukan bahwa, sikap santri dalam keseharian mereka mewakili keberagaman kebudayaan daerah masing-masing.

Tidak hanya itu, banyak juga kita temukan sikap-sikap moderasi yang mengejawantah dalam diri santri. Seperti sikap tasamuh (toleran), tawasuth (moderat), dan tawazun (seimbang), sikap ini tidak semata-mata terbentuk begitu saja. Akan tetapi ada banyak peran, pola pendidikan, dan lingkungan yang membentuknya.

Sikap moderasi santri, terus senantiasa ditanamkan melalui keteduhan sikap kyai, kearifan tradisi, dan keselarasan dalam beradab. Oleh karena itu, pesantren dan komunitas santri mempunyai peran sentral dalam mengupayakan Islam yang moderat, inklusif, dan kosmopolit bagi peradaban Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun