Mohon tunggu...
Arief Nur Rohman
Arief Nur Rohman Mohon Tunggu... Guru - Manusia

Pegiat Moderasi Beragama Provinsi Jawa Barat. Menaruh minat pada Pendidikan, Pengembangan Literasi, Sosial, Kebudayaan, dan Pemikiran KeIslaman.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Maulid Nabi: Upaya Peneguhan Identitas Keumatan

19 Oktober 2021   06:31 Diperbarui: 21 Oktober 2021   11:12 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Motif dekoratif delapan tulisan Muhammad dan Ali (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Terdapat empat dimensi yang mesti kita sadari keberadaannya ketika melihat sosok Nabi Muhammad SAW. Pertama, Muhammad sebagai manusia. Kedua, Muhammad sebagai orang Arab/ Muhammad bin Abddullah. Ketiga, Muhammad sebagai Nabi. Keempat, Muhammad sebagai cahaya (Nur Muhammad).

Dua dimensi di antaranya adalah sosok nabi sebagai manusia dan orang Arab. Keduanya tidak terlepas dari kultur, sosiologis, dan antropologis masyarakat Arab yang memiliki sikap teguh dan tangguh. 

Nabi sebagai manusia dan orang Arab tidak terlepas dari proses kelahiran sebagaimana manusia pada umumnya, maka dari itulah sudah sepatutnya kita tidak lagi memperkeruh dan mempersoalkan boleh-tidaknya memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad. Sebab, energi sebagian umat Islam akan habis untuk memikirkan hal demikian, sementara masih banyak persoalan lain yang mesti kita pikirkan bersama sebagai bentuk ijtihadi manusia-hamba-umat.

Momentum maulid Nabi ini, sudah semestinya menjadi pengingat bagi kita, agar dapat terus merefleksikan soal pentingnya mempunyai sikap empatik terhadap antar umat beragama, menebar silaturahmi antar sesama, serta memaknai kelahiran nabi sebagai upaya bagi kita untuk meneguhkan sikap keutuhan, kebhinekaan, dan kemanusiaan universal.

Lebih jauh, memaknai kelahiran sejatinya adalah terus menerus mengevaluasi setiap perilaku yang sudah dikerjakan di masa lalu, meneladani sikap yang dilakukan hari ini, dan memanifestasikan akhlak yang terus diupayakan di masa mendatang. Nabi sudah memberi teladan unggul, kepercayaan yang kuat, dan sikap amanah yang tangguh kepada umatnya.

Hari ini kita menyaksikan bersama, bahwa umat nabi mengalami satu tantangan yang cukup serius. Terlebih di Indonesia, umat Islam mengalami polarisasi politik, paham keagamaan, terkoyaknya kebhinekaan, dan krisis kepercayaan antar sesama anak bangsa. 

Hal tersebut jauh seperti yang diidealkan nabi sebagai umat yang satu, umat terabik, umat yang unggul (Ummatan Wahidan), serta umat yang mempunyai sikap moderat (Ummatan Wasatan).

Motif dekoratif tulisan Muhammad (Sumber: Annemarie Schimmel, 2012)
Motif dekoratif tulisan Muhammad (Sumber: Annemarie Schimmel, 2012)

Oleh karena itu, dalam tulisan ini saya ingin merumuskan satu sikap sebagai upaya meneguhkan identitas keumatan (umat Muhammad) yang dinukil dalam QS. Al-Fath: 29, antara lain sebagai berikut:

Pertama, Ruhama Bainahum (Mengasihi antar sesama). Sejatinya umat Nabi Muhammad adalah mereka yang megasihi antar sesamanya. Mempunyai sikap empati, menebar kebaikan, ramah, toleran, dan sikap-sikap baik lainnya yang termanifestasi dalam keseharian hidupnya sebagai manusia-hamba-dan umat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun