Mohon tunggu...
Arief Nur Rohman
Arief Nur Rohman Mohon Tunggu... Guru - Manusia

Pegiat Moderasi Beragama Provinsi Jawa Barat. Menaruh minat pada Pendidikan, Pengembangan Literasi, Sosial, Kebudayaan, dan Pemikiran KeIslaman.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Game dan Ke-adab-an yang Hilang

18 Mei 2021   12:42 Diperbarui: 18 Mei 2021   13:04 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Dokumentasi Pribadi) Desain by. Canva: canva.me/768P8sqLlgb

Kedua, Segi Kognitif. Lima belas dari dua puluh siswa cenderung lebih mengetahui hal yang berkaitan dengan game Free Fire daripada pengetahuan soal pendidikan agama Islam. Mereka mampu menjawab dengan lengkap dan menyebutkan sedikitnya lima pertanyaan dari tiap-tiap soal. Seperti, mampu menjawab dengan lengkap nama-nama senjata, nama karakter, dan nama lokasi/ tempat yang dijadikan perang dalam game tersebut.

Jika hal ini dibiarkan tanpa pengawasan dan kontrol dari orangtua -- Guru, lingkungan pertemanan, dan keluarga -- maka ini akan berimplikasi pada memudarnya nilai-nilai keadaban, keluhuran budi, dan perilaku siswa/ anak. Tidak sedikit kita temui, banyak perilaku dan sikap anak ketika bermain game banyak kata-kata kasar keluar. Seperti; mengumpat, misuh, berseloroh dan berkelakar yang tidak wajar dengan teman satu permainannya. Bahkan sikap acuh, abai, dan tidak mengindahkan pesan orang tua nya.

Terdapat dua hal yang coba saya hadirkan di artikel ini dalam rangka menyikapi hilangnya keadaban publik anak yang disebabkan oleh game. 

Pertama, perlu adanya kontrol, pengawasan, evaluasi, dan dialog antar elemen/ spektrum pendidik. Baik berupa kebijakan, regulasi, dan pengaturan lainnya yang mampu memberikan pengetatan dan kelonggaran bagi anak.

Kedua, menumbuhkan kesadaran masif bagi anak dan membentuk keadaban publik terkait sikap bijak dalam menyikapi game tersebut. Seperti memberikan pemahaman dan menumbuhkan sikap ingin tahu yang besar. Akan lebih bijak jika anak tidak sekadar main game. Tetapi ia mampu berpikir dalam dirinya untuk mengetahui, memahami, dan mengidentifikasi nilai eksplisit yang dibawa oleh game tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun