Mohon tunggu...
Muhammad Arief
Muhammad Arief Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fisip Uhamka

...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Disukai Lawan Bicara Saat Berkomunikasi

26 Januari 2021   11:42 Diperbarui: 12 Juli 2022   10:50 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain, karena manusia memiliki naluri untuk hidup bersama atau berkelompok dengan manusia lain, sedikitnya hidup berpasangan. Agar kebutuhan itu dapat terpenuhi, maka manusia perlu melakukan interaksi dengan sesama manusia untuk bisa bertahan hidup, dan interaksi itu bisa berlangsung dengan adanya komunikasi. Tanpa adanya komunikasi, manusia akan sulit untuk dapat melakukan interaksi satu sama lain.

Menurut Prof. Deddy Mulyana dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (2015), mendefinisikan komunikasi sebagai proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang atau kata-kata, gambar, bilangan, grafik dan lain-lain. Dan Al-Qur’an pun sudah menjelaskan dalam surat Al-Hujurat ayat 13 yang artinya “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti”. Ayat ini menjelaskan bahwa memang Allah SWT menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal satu sama lain. Karena Allah SWT memang mengetahui bahwa makhluk ciptaannya ini yang bernama manusia, tidak dapat hidup seorang diri. Seperti yang tertera diakhir ayat tersebut, bahwa Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.

Manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Walaupun jika dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya, manusia lah makhluk hidup yang paling sempurna. Keterbatasan yang dimiliki oleh manusia berupa keterbatasan ilmu, keterampilan, dan lain-lain yang menyebabkan manusia saling membutuhkan satu sama lain. Tujuan manusia saling berkomunikasi adalah untuk menyampaikan apa yang ada dipikirannya dan dituangkan dalam bentuk gagasan maupun informasi. Namun ada kalanya kata-kata yang kita rangkai dalam pikiran, dan kita komunikasikan kepada orang lain, tidak dapat dimengerti atau kata-kata yang kita rangkai tidak dapat dicerna oleh orang lain yang berstatus sebagai lawan bicara kita, atau bisa disebut dengan komunikan. Hingga terjadilah miscommunication.

Banyak diantara kita pernah mengalami miscommunication, yaitu kegagalan dalam berkomunikasi yang disebabkan kita tidak dapat menangkap atau mencerna apa yang dibicarakan oleh lawan bicara kita, begitu juga sebaliknya. Miscommunication dapat menyebabkan komunikan tidak dapat menangkap pesan yang kita sampaikan hingga terjadilah berubahnya makna yang si komunikan tangkap dari pesan yang kita kirim. Salah satu penyebab terjadinya miscommunication adalah kita tidak senang dengan lawan bicara kita, mempunyai first impression yang buruk terhadap lawan bicara kita, sehingga terjadilah kegagalan dalam komunikasi tersebut. 

Aura negatif yang terpancar dari lawan bicara kita akan mempengaruhi dan membuat pola pikir kita menjadi negatif terhadap lawan bicara kita, sehingga pesan yang disampaikan tidak akan kita cerna dengan baik jika kita berkomunikasi dengan orang yang kita tidak sukai, mau sebaik apapun topik pembicaraannya. Oleh karena itu, kita harus menyukai lawan bicara kita atau disukai lawan bicara kita agar komunikasinya bisa berjalan lancar dan efektif.

Untuk disukai oleh lawan bicara kita saat berkomunikasi, kita harus mengetahui apa saja keinginan-keinginan lawan bicara kita. Dan tidak bisa dipungkiri lagi, ternyata apa yang lawan bicara kita inginkan merupakan keinginan kita juga. Jika dalam suatu komunikasi kita berperan sebagai komunikator, kita hanya ingin si komunikan mengerti apa yang kita sampaikan dan memberi timbal balik yang dapat membantu dan memperlancar jalannya komunikasi.

Begitu juga sebaliknya, jika kita berperan sebagai komunikan, kita hanya ingin si komunikator ini berbicara dengan rangkaian kata-kata yang singkat, padat, jelas, dan tidak berbelit-belit pada saat menyampaikan pesan, agar kita dapat menangkap dan memahami apa yang ia sampaikan. Jadi pada intinya, jika kita ingin disukai oleh lawan bicara kita, kita harus mengetahui apa yang dia inginkan dengan cara belajar dari keinginan-keinginan kita sendiri. Selain itu, terdapat beberapa konsep komunikasi yang dapat membantu kita untuk bisa disukai oleh lawan bicara kita pada saat sedang berlangsungnya komunikasi.

Terdapat dua konsep komunikasi yang bisa kita lakukan agar lawan bicara kita menyukai kita atau sebaliknya, yaitu konsep komunikasi simpatik dan konsep komunikasi empatik. Komunikasi simpatik adalah komunikasi yang menimbulkan ketertarikan dan saling pengertian antara si komunikator dan si komunikan, sehingga kedua belah pihak tersebut mampu menyelami perasaan lawan komunikasinya satu sama lain. Dalam komunikasi ini, pihak komunikan hanya memposisikan diri sebagai pendengar dan ikut merasakan perasaan yang disampaikan oleh komunikator, sebagai komunikan kita harus mengerti apa yang dirasakan lawan bicara kita, sehingga kita jadi tertarik untuk berkomunikasi dengannya. Rasa tertarik inilah yang membuat kita menjadi mudah mencerna pesan yang disampaikan oleh lawan bicara kita.

Selanjutnya ada komunikasi empatik, yaitu komunikasi yang menunjukkan adanya saling pengertian antara komunikator dan komunikan. Komunikasi ini menciptakan interaksi yang membuat satu pihak memahami sudut pandang pihak lainnya. Berbeda dengan komunikasi simpatik yang hanya melibatkan perasaan saja, dalam komunikasi empatik ini kita melibatkan perasaan organisme tubuh yang sangat dalam.

Contohnya ketika teman kita sedang berduka karena orang tuanya meninggal, kita harus bisa mengerti tentang keadaan hati teman kita tersebut, sehingga kita bisa menyesuaikan percakapan apa yang sepatutnya dibahas pada saat itu. Karena tidak sepatutnya jika teman kita sedang berduka, kita malah curhat tentang masalah-masalah hidup yang sedang kita hadapi. Mungkin teman kita tersebut merupakan satu-satunya teman kita yang memang enak diajak curhat, tapi jika ia sedang berduka, sebaiknya kita tidak melakukannya. Kita harus bisa melihat dan menyesuaikan kondisi dengan cara melibatkan perasaan hati ketika ingin berkomunikasi.

Karena jika kita melibatkan perasaan pada saat berkomunikasi, komunikasi itu bisa menjadi lebih efektif karena kedua belah pihak dapat saling mengerti apa yang dibicarakan dan memberi timbal balik dengan menggunakan sudut pandang yang berbeda. Atau istilah lain untuk komunikasi yang melibatkan perasaan hati adalah deep talk. Komunikasi ini bisa sangat efektif, bahkan dapat membuat hati kita merasa lega, karena baik komunikator maupun komunikan saling memahami perasaannya satu sama lain dan memberi timbal balik yang sesuai dengan apa yang kita inginkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun