Mohon tunggu...
arie febstyo
arie febstyo Mohon Tunggu... Tenaga Lepas -

Penggemar Malam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tunarungu yang Belajar Mengenal Tuhan

22 Maret 2017   00:32 Diperbarui: 22 Maret 2017   00:35 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Terlihat lucu, tapi ini fenomena yang sangat memiluhkan. "Dulu mereka (Tunarungu) menyangka Allah itu lebih dari satu, ada dari mereka yang menyebut Allah itu laki-laki, dan mereka tidak tahu siapa itu Nabi Muhammad SAW," kenang Farid, ahli bahasa isyarat yang bergabung dalam Majelis Ta’Lim Tuli Indonesia atau MTTI.

Saat diresmikannya, MTTI pada september 2016, yayasan ini menjadi wadah untuk Tunarungu belajar agama.

Mereka mengikuti pengajian rutin yang digelar dua seminggu sekali di Rumah Belajar Miranda yang terletak di daerah Cipete, Jakarta Selatan.

Di sana, para Tunarungu belajar agama Islam melalui penceramah dan penerjemah, media papan tulis pun juga digunakan untuk memudahkan Tunarungu memahami pelajaran agama yang disampaikan dalam pengajian tersebut.

Aprizar Zakaria, pendiri MTTI yang juga penyandang Tunarungu mengatakan melalui penerjemah, saat ini anggota tunarungu yang tergabung dalam MTTI sudah sebanyak 150 orang, dan ia berharap para tunarungu ini memiliki kehidupan yang lebih baik dengan belajar agama.

Karena banyaknya Tunarungu yang antusias untuk belajar agama, Farid mengatakan keberadaan penerjemah sangatlah penting, ia mengaku saat ini sangat minim penerjemah untuk agama Untuk Tunarungu.

Farid menambahkan, lima bulan setelah Mejelis Ta’lim Tuli Indonesia melakukan pengajian rutin, para Tunarungu perlahan sudah mengerti agama, dan itu berimbas posisif pada keseharian mereka.

“Pemahaman agama mereka bertambah. Kami lihat, dari pertanyaa mereka yang tadinya sederhana, sekarang sudah mulai berbobot, pengaruhnya sangat positif bagi kehidupan mereka, dari cara berbaur, berpakaian, bahkan di kehidupan rumah tangga mereka,” pungkasnya.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun