Mohon tunggu...
Arief Budimanw
Arief Budimanw Mohon Tunggu... Konsultan - surveyor

rumah di jakarta..

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Rahasia Sukses Tukang Sayur di Jakarta agar Mampu Bertahan di Tengah Pandemi

27 Juni 2020   03:18 Diperbarui: 27 Juni 2020   06:23 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi pedagang sayuran di Pasar Sayur Pramuka Jakarta (Dokumentasi Pribadi)

Ini salah satu kesalahan mereka, mereka tidak mau anaknya merasakan penderitaan hidupnya selama berjualan sayuran. Memang ada beberapa yang mampu menurunkan ilmunya pada anaknya atau saudaranya dan kemudian melanjutkan jualan sayuran di pasar. Namun sayangnya sedikit yang mampu bertahan. 

Keuletannya tidak muncul tiba-tiba, pengalaman dagangan tidak laku, tagihan macet dan sewa kios naik harus mereka rasakan dulu. Jika semua hal itu bisa mereka lewati maka dialah penerusnya di pasar itu.

Melihat adalah belajar
Di pasar sayuran dekat Pasar Burung Pramuka. Ada satu orang yang menjadi contoh teman-temannya sesama pedagang sayur. Dari berjualan sayuran di kios kecil ukuran 1 x 1 meter dan dia berhasil menyekolahkan 5 orang anaknya. 

Sudah naik haji, sudah tidak berjualan di pasar, dan pendapatan sehari-harinya dari kontrakan dan kos-kosan. Usianya 70-an dan tetap sehat. Teman-temannya banyak yang meniru cara hidupnya, di mana setiap pendapatan yang didapat ditabung dan dibelikan rumah untuk dijadikan kontrakan. Ada beberapa yang bahkan bisa memiliki lebih dari 2 kontrakan, namun ada juga yang membeli mobil karena merasa perlu usaha baru.

Selain temannya, ada juga seseorang yang pernah mengontrak di rumahnya. Seorang pengantin baru sudah setahun kerja di Jakarta, pekerjaan dia di sebuah perusahaan swasta yang harus pergi pagi, pulang petang yang kadang-kadang lembur namun tidak dibayar sehingga membuatnya jenuh. 

Dia mempelajari sang pedagang sayur dan akhirnya berkesimpulan bahwa dia harus pulang ke kampungnya di Subang, sekolah lagi dan mulai beli rumah untuk bikin kontrakan.

Akhirnya dia pulang, jual sawah di kampungnya dan sekolah lagi ambil S2 di Bandung. Kemudian lulus dan ekonominya Alhamdulillah melesat naik. Tidak lupa kemudian beli rumah untuk tinggal, kemudian beli lagi untuk dibuat kontrakan di sekitar Cijerah Bandung. Sekarang hidupnya stabil dan dana pensiun sudah siap.

Bagaimana caranya bisa menabung?
Pedagang sayuran di pasar juga yang berjualan keliling sudah pasti hidupnya sederhana. Apalagi zaman mereka masih mulai belum ada yang namanya kuota internet dan pulsa listrik. Sehingga untuk menjadi hemat sangatlah mudah. Tapi sekarang. Godaan dunia sangat banyak dan besar. 

Gaya hedonisme selalu dipertontonkan oleh tetangga kiri dan kanan. Juga di TV dan internet, anak-anak muda main TikTok dan Istagram benar-benar membuat mereka mati kutu. 

Mimpi kaya mendadak benar-benar meracuni kehidupan mereka. Media sosial yang penuh jebakan dan hoaks akan menenggelamkan mereka yang kurang waspada.

Berbeda dengan anak-anak milenial ini, gaya hidup sang pedagang sayuran tidak berubah. Walaupun Tabungannya di koperasi cukup besar, mereka tetap sederhana. Internet paling hanya WA, itupun karena telepon dan video call. Instagram, FB dan lain-lain tidak menarik baginya. HP ya untuk komunikasi tidak lebih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun