Setengah Hari di Tasikmalaya

Kabar itu tiba.. saudara jauhku tertimpa musibah. Dia Jatuh dari atap rumahnya. Lumpuh sekujur tubuh dengan tulang kaki kanannya patah. Kaget dan spontan yang kulakukan adalah segera  beli tiket kereta api lewat traveloka. Waktu sudah berubah. Semua keperluan ada dalam genggaman. Jaman dulu jika perlu tiket kereta api harus antri dulu di stasiun untuk mendapatkan tiketnya. Pontang panting sana sini hanya untuk dapat tiket kereta api. Sekarang semua cukup sentuh android tiketpun langsung jadi.

Kereta api Serayu.. berangkat pukul 09.00 dari Jakarta pasar senen. On time. Datang cetak tiket dan langsung masuk stasiun. Menunggu sebentar dan keretapun tiba. Nomornya pinggir jendela. Posisi yang selalu dinanti setiap penumpang kereta. Nikmat untuk tidur malam hari. Sampai di stasiun tasikmalaya pukul 04.00 ,  bingung mau kemana. Setelah turun di peron tidur sebentar di bangku panjang yang kosong. Lumayan 1 jam pikirku. Jam 5 dibangunkan  oleh petugas stasiun, karena dilarang tidur di bangku.

 Iya pak.

Saya segera pergi keluar. Shalat sebentar di musola dan langsung mampir ke tukang bubur di pinggir jalan.

Sang Mutiara dari Priangan Timur adalah julukan kota kecil ini. Selain itu Tasikmalaya dikenal juga sebagai Kota Santri, khususnya di era sebelum 1980-an karena hampir di seluruh di wilayah ini tersebar pondok pesantren yang mengajarkan agama Islam. 

Tasikmalaya, berasal darikata "tasik" dan "laya", artinya "keusik ngalayah", maksudnya banyak pasir di mana-mana, mengingatkan kejadian meletusnya Gunung Galunggung Oktober 1822, yang menyemburkan pasir panas ke arah Kota Tasikmalaya. Namun ada juga yang menyebutkan bahwa Tasikmalaya berasal dari kata "Tasik" dan "Malaya". 

Tasik dalam bahasa Sunda berarti danau, laut dan Malaya artinya nama deretan pegunungan di Pantai Malabar India. Menurut Buku Pangeling-ngeling 300 Tahun Ngadegna Kabupaten Sukapura , sukapura adalah nama aslinya Tasikmalaya sebelum dipindahkan ke wilayah sekarang. Saat ini berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Kota Tasikmalaya merupakan kota termiskin di Jawa barat,   yakni  14,8% dari populasi. 

Angka tersebut di atas tingkat kemiskinan provinsi sebesar 8,71% maupun nasional sebesar 10,64%. Yang menarik, beberapa kabupaten yang merupakan lumbung padi di Tanah Pasundan seperti Indramayu, Cianjur, Tasikmalaya, dan Garut ternyata memiliki angka kemiskinan di atas rata-rata nasional. Ada sesuatu yang salah kayaknya nih, orang miskin di tanah yang subur.

Setelah sarapan bubur badan terasa segar dan berenergi , lalu buka Google map. Tujuannya adalah rumah sakit umum daerah dr. Soekardjo. Ternyata hanya berjarak 4 km dari stasiun. Jalan kaki sekitar 20 menit.

alun-alun tasikmalaya | dokpri

Lumayan buat berolahraga di pagi hari pikirku. Maka akhirnya kakipun menyusuri jalanan raya kota TasikMalaya yang segar dan sepi. Rumah makan yang berjejer di pinggir jalan masih tutup.  Kemudian berhenti di alun-alun kota tasikmalaya. Disini sudah mulai terlihat orang-orang berolahraga. Berjalan atau berlari mengelilingi alun-alun yang dingin dan lapang. Alun-alun ini terlihat terawat dan bersih. 

Dengan patung monument di tengah nya. Luasnya setengah lapangan bola. Namun bentuknya bukan seperti lapangan bola. Lebih mirip taman menurutku, lumayan, sebuah oase ruang public. Tempat keluarga bertemu dan beraktivitas diluar rumah.

sanggar musik deddy Dorres di Tasikmalaya | dokpri

Dari sini saya menyusuri jalan lagi. Terlihat papan nama studio music Dedi Dores. Wah ternyata Dedi Dores orang tasik , rasanya ingin mampir melihat studionya. Namun karena baru pukul 7 pagi rasanya belum buka dan tidak baik kalau bertamu terlalu pagi menurutku. Apalagi letaknya di dalam gang. Ya sudah.. jalan kaki lagi.