Mohon tunggu...
Muhammad Arief Ardiansyah
Muhammad Arief Ardiansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Business Analyst

Pencerita data dan penggiat komoditi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hari Pengumuman SNMPTN Bukan Hari Penghakiman

8 April 2020   10:18 Diperbarui: 8 April 2020   12:32 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perundungan dan penghakiman di media sosial (Help Guide).

Hari ini (8/4), hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2020 resmi diumumkan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pengumuman ini dapat diakses lewat portal resmi LTMPT dan portal mirror dari 12 PTN se-Indonesia.

Sayangnya, dari tahun ke tahun, hari pengumuman SNMPTN kerap dijadikan 'hari penghakiman' bagi para siswa SMA/sederajat di seluruh Indonesia. Seakan siswa-siswa itu hanya terbagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok merah dan hijau.

Kelompok merah adalah sebutan bagi mereka yang dinyatakan tidak diterima lewat SNMPTN. Warna ini mengacu pada warna kolom pengumuman di laman SNMPTN yang akan dilihat pertama kali oleh para siswa begitu masuk dengan akun masing-masing.

Tak sedikit dari kelompok merah ini yang memilih untuk menonaktifkan media sosial barang 1-2 hari. Alasannya, mereka tidak ingin kelewat iri begitu melihat teman-temannya dari kelompok hiijau saling memberi selamat dan mengunggah warna hijau di sana-sini.

Mereka pada dasarnya ingin menyelamatkan diri dari opini penghakiman orang-orang sekitar seperti "salah memilih jurusan", "terlalu pede memilih kampus", atau "memang nilaimu saja yang kecil".

Kelompok hijau pun sejatinya juga mendapatkan opini penghakiman, namun dengan nada yang berbeda. Contohnya seperti "jangan sombong mentang-mentang baru diterima", "awas, dunia kuliah tak seindah sekolah" atau "dasar memang beruntung saja".

Opini-opini semacam ini hanya akan memperkeruh suasana dan berpeluang timbul korban dari kedua belah pihak. Mereka dari kelompok merah akan mudah terbawa suasana putus asa, sementara mereka dari kelompok hijau berpotensi jadi betulan sombong dan lupa berempati.

Beberapa senior memang coba menenangkan kondisi dengan membagikan pengalaman mereka yang lalu. Namun yang sering mereka lupa ialah bahwa kondisi setiap orang selalu unik. Tak bisa dipukul rata antara satu dengan yang lain.

Karenanya, dalam situasi seperti ini, yang dapat menenangkan para siswa adalah pemberitaan dan pengisahan yang sampai ke hilir. Bukan berhenti di hulunya saja.

Para tamatan SMA itu harus sadar kalau merah dan hijau memang belum menjamin apa-apa. Bahkan tak sedikit rekan seangkatan mereka yang divonis hijau rupanya tidak bisa meneruskan pendidikan yang sudah diidamkannya sejak lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun