Mohon tunggu...
Muhammad Arief Ardiansyah
Muhammad Arief Ardiansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Business Analyst

Pencerita data dan penggiat komoditi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Sindrom Perbandingan Karier Menggerogoti Usia Produktif

22 Februari 2020   08:39 Diperbarui: 22 Februari 2020   10:11 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi obsessive comparison disorder (Sumber: pexels.com)

Itulah mengapa sindrom perbandingan karir dapat menggerogoti usia produktif. Alih-alih sibuk berkarya, justru tenggelam dalam lautan putus asa yang diciptakan oleh pikirannya sendiri.

Cara Mengatasi Sindrom Perbandingan Karir

Menurut Jane Jackson dalam tulisannya di laman Michael Page, ada beberapa cara untuk mengatasi sindrom perbandingan karir sebagai berikut.

  • Pahami kemampuan dan pengetahuan yang kamu punya, serta kenyamananmu terhadap hal-hal tersebut.
  • Pahami kembali nilai-nilai yang kamu anut. Yakni nilai-nilai yang membuatmu dapat menjadi manusia seutuhnya, menjadi bagian dari warga dunia dan hidup bersosial sebagaimana mestinya.
  • Gambarkan dirimu dalam 5, 10, atau 20 tahun kedepan. Tentukan pula legacy macam apa yang hendak kamu wariskan sebelum kehidupanmu berakhir di dunia ini.
  • Kumpulkan informasi-informasi di atas. Kemudian jadikan itu acuan untuk membuat target yang lebih konkret untuk mewujudkan versi terbaik dari dirimu.
  • Jika sudah, mari berusaha untuk lebih fokus dan jangan mudah terpengaruh pencapaian orang. Karena versi terbaik dirimu hanya dapat diwujudkan olehmu, bukan oleh mereka.

Itulah beberapa hal yang perlu kamu ketahui seputar sindrom perbandingan karir. Tentu saja mengidap sindrom semacam ini sangat normal dan manusiawi. Namun, jangan sampai ia terlampau kuat. Apalagi kalau sampai harus menggerogoti waktu dan pikiran kita yang amat berharga ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun