Mohon tunggu...
Muhammad Arief Ardiansyah
Muhammad Arief Ardiansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Business Analyst

Pencerita data dan penggiat komoditi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pandangan Buya Hamka Soal Terowongan Istiqlal-Katedral

14 Februari 2020   10:55 Diperbarui: 14 Februari 2020   10:55 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Almarhum Buya Hamka. Sumber: muslimobsession.com

Hamka menyatakan, bahwa pada hakikatnya, mereka yang mendukung acara tersebut sama sekali tidak memiliki toleransi. Orang Islam yang hadir dipaksa mendengarkan ayat-ayat Injil yang berlawanan dengan aqidahnya, sebagaimana orang Kristen yang hadir dipaksa ikut bertafakur terhadap Al-Qur'an dan Sunnah Nabi yang tidak mereka percayai.

Hamka bahkan sampai mengeluarkan pernyataan yang begitu tegas dan banyak dikutip media-media saat itu.

"Yang menganjurkan doa bersama, atau perayaan Lebaran-Natal, atau barangkali nanti Natal-Maulid, bukanlah orang yang mempunyai kesadaran agama. Melainkan orang-orang sekuler, yang baginya masa bodoh apakah Tuhan satu atau beranak sebab bagi mereka agama itu hanya iseng."

-Kutipan Prof. Dr. Hamka dalam buku Dari Hati ke Hati

Puncaknya, sebagai ketua MUI, Hamka mengeluarkan fatwa "Natal dan Idul Fitri bersama haram hukumnya". Fatwa inilah yang membuat Pemerintah, melalui Menteri Agama Alamsyah Ratuprawiranegara, mendorong keras supaya fatwa itu dicabut.

Namun bagi Hamka, persoalan toleransi yang sudah melanggar garis batas aqidah tidak bisa ditawar lagi. Apalagi kalau sampai Pancasila yang luhur itu diobral murah oleh para politisi demi memuluskan kepentingan pribadinya. Ini sama saja perendahan harga diri atas keislamannya, juga atas cintanya kepada tanah air.

Maka berkaca pada sikap tersebut, kita tentunya bisa menerka pandangan seperti apa yang akan dikemukakan oleh Hamka terkait isu hari ini.

Dengan dibangunnya terowongan penghubung antara Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral Jakarta, berarti mempermudah akses bolak-balik antar kedua tempat ibadah tersebut. Orang Islam akan lebih mudah bertandang ke Katedral, sebagaimana orang Kristen akan lebih leluasa memasuki Istiqlal.

Orang Islam diberikan akses untuk mendengar puja-pujaan orang Kristen dan khutbah para pastor yang berlawanan dengan keimanannya. Sebagaimana orang Kristen diberi akses untuk ikut mentafakuri ayat-ayat Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad yang bertentangan dengan kepercayaan fundamentalnya.

Pemahaman yang luhur terkait toleransi pun dikhawatirkan tak akan kunjung terbentuk. Yang ada, benih-benih sinkretisme justru semakin subur di tengah masyarakat. Benih-benih pemahaman yang selalu mencari persesuaian di antara segala hal yang berbeda, lalu menciptakan hal yang baru dari segala persesuaian itu.

Sinkretisme inilah yang menyebabkan timbulnya agama Shiwa-Budha di Jawa Timur dulu. Sinkretisme ini pulalah yang menyebabkan orang Hindu-Bali pada zaman dahulu ikut memakan daging sapi. Padahal Hindu asli di India amat memuliakan sapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun