Mohon tunggu...
Sastra Kita
Sastra Kita Mohon Tunggu... Penulis - Seputar Seni dan Sastra

Penulis, Sastrawan, Penyair, dan Dramawan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menjemput Senja: Refleksi Puisi Naratif Karya Arief Akbar Bsa

19 Oktober 2021   16:35 Diperbarui: 19 Oktober 2021   16:50 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dari kiri : Hadi Lempe, Arief Akbar Bsa dan Edi Kopi

benar saja,
ketika keesokan hari nya,
kembali menyibak rasa penasaran,
bangku itu,
ternyata kosong tanpa sesiapapun
tak lagi diduduki sosok gadis jingga  berpagut kedukaan pada sebuah kisah pilu yang menanggalkan kegelisahan
dimana hanya ia sendiri yang tahu,
tentang rasa merasa dalam sanubari,
sakit dan pedihnya dalam memperjuangkan Cinta, namun terganjal gayung tak bersambut

di senja hari kedua ini
secangkir kopi yang kuteguk
terasa begitu pahit walau bergula.
sama pahitnya seperti kisah gadis jingga yang telah berlalu,
demikian juga dengan kisahku yang meradang kepedihan tiada tara,
oleh sebab sephiaku telah meninggalkanku sedari seminggu yang lalu
karena aku yang tak kunjung memberikan kepastian, hingga ia pun memutuskan untuk terjun bebas di ketinggian jurang asmara

================================
Terkadang sensasi alam pikir dapat mengganggu fungsi kerja otak dari yg sebagaimana mestinya menjadi sangat tak lazim. Semuanya dibilang teramat berat hadapi kondisi saat ini tak terkecuali kaya dan miskin yang mengikuti keadaan masing-masing dengan segala permasalahan yg super kompleks.

Banyak rangkaian acara ke depan yg terbengkalai, belum lagi banyaknya perjalanan yg terpaksa dibatalkan, serta merta meluluh lantakkan hitungan neraca profit dalam agenda menyelesaikan hutang, appoinment serta kongsi cuan-cuan ala haaLong.

Mau ga mau memang harus berjiwa besar dan berlapang dada. Merendahkan ego, perbanyak doa, dan tambahlah kadar kesabaran dalam hadapi pandemi ini. Semuanya akan baik-baik saja pada akhirnya nanti, maka percayalah.

Malulah pada burung kasuari yg tak pernah protes di berikan sayap namun tak mampu terbang,
Malulah pada ikan kelelawar (batfish) yg bersirip namun tak kuasa berenang,
Maka sekali lagi malulah pada seekor katak yang bernyanyi riang sekalipun diejek punya kaki tapi ga bisa berjalan,

Seperti malam ini,
Kesendirian menatap bayang,
Mengulang kesadaran ruang hati,
Untuk memahami tentang keajaiban,

Tetap bertahan dengan keterbatasan,
Dan tetaplah menjadi bintang di langit,
Jam pasir kian menyusut,
Hingga ditentukanlah sebuah takdir,
Menjadi manusia biasa,
Atau menjadi manusia pilihan,
Itu saja,

Maka mengertilah,
Suatu hari nanti, sensasimu akan terbayarkan tanpa syarat,
Saat ini, hanya itu yang dapat kusampaikan kepadamu,

Semoga kau dapat memahaminya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun