Mohon tunggu...
Sastra Kita
Sastra Kita Mohon Tunggu... Penulis - Seputar Seni dan Sastra

Penulis, Sastrawan, Penyair, dan Dramawan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pembacaan Puisi "Suaka Doa yang Bersayap" karya Arief Akbar Bsa

17 Oktober 2021   04:01 Diperbarui: 17 Oktober 2021   04:09 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SUAKA DOA YANG BERSAYAP

Suatu hari yang indah penuh cerita
Datanglah sosok rupawan bercahaya
Semerbak mewangi sekujur tubuh
Terbalut gemulai laku yang mempesona

Mata langit dan bumi terkesima
Hingga jari kuku jempol kaki pun,
turut halangi silaunya langkah melangkah
Susuri ilalang dan tanah tandus
Menemani pandang segala penjuru
Dalam ciptakan mimpi yang nyata
Agar menjadi bagian indahnya yang terbawa
Mengakui akan semesta yang memujanya
Serta mendaulat dirinya tak lain sebagai
Maha karya yang sempurna

Bagaimana mungkin tak sempurna
Jika kuasa Tuhan saja menghendakiNya
Agung dalam penciptaan
Serta mulia dalam penghambaan..
Tak sedikpun nikmat yang terbagi atasnya
Menjadi bagian dari cikal bakal kehormatan
Yang tak nampak dalam rasa yang tersembumyi
Terbungkus satu irama dalam tatanan bunyi-bunyi firman yang tertata
Menorehkan kebenaran
Jika dalam makna akan selalu ada pemiliknya telah berdiri disamping singgasananya,

Alangkah hinanya
Sungguh kotor jika hati mengingkarinya
Tentang semua titah atas takdirnya
Buruk rupa tanpa sangkal
Pahit getir tanpa manis
Menaungi isi kepala dengan harapan palsu
Menjadi lupa diri akan jalan pulang
Tersesat
Berkelana tanpa arah
Dan mendaki bukit datar yang tak meninggi,
Sungguh sosok itu kembali tak lagi bercahaya
Setelah apa yang di(ter)lewatinya
terbuai mimpi yang dihadirkan
Atas kehendak dan kemauannya sendiri
Menanggalkan baju kehormatannya
Dan mengenakan kain keras dari bulu unta
Sementara bulunya hanya tumbuh
Dalam rentang waktu dua per tiga tahun
Sampai-sampai ia tak mampu untuk merajutnya
Terlihat tak beraturan saat dikenakan
Dan memberikan pandang suram dalam melihatnya dari sisi manapun juga

Ada hati yang tergores
Luka yang menyayat
Begitu dalam tak mendasar
Dan sangatlah tinggi tak bergantung
Menamparnya jatuh dalam rasa
Hingga sang waktu menggiringnya
Selalu merasa tak ada satupun
Dalam jumlah maupun bilangan
Yang memperhatikannya dalam kesaksian
Juga menatapnya atas dasar cahaya penerang,
Sungguh,
Sosok itu kini merasa sendiri tanpa sesiapa
Diantaranya keramaian memenuhi ruang,
Sesekali terasa sedak jantung ini bergetar
Menahan sembilu dan nyerinya ditinggal sendiri,
Hari hari dilewati
Tanpa waktu dan masa
Bila jalan yang dipilih saat melintas dan berlalu adalah yang sepi
Mencari waktu tersendiri digelapnya malam untuk berbuat sesuatu
Serta menyendiri dalam sudut yang tak beruang,
Maka,
Demi masa dan demi waktu
Sebuah perjalanan hati mencari cahaya
Telah kembali pada hakikatnya
Tersambung mata rantai sebuah doa yang bersayap
Memberi petunjuk akan sebuah makna
Suaka doa yang bersayap
Adalah berujung pada kesendirian diantara keramaian
sederajat dengan kebahagiaan yang meninggalkan kesedihan tanpa tersisa sedikitpun.

**************

di- anbil dari buku Misteri Mati karya Arief Akbar Bsa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun