Ini sangat ganjil bila menilik efesiensi, dimana terlihat dari progres program pelathannya sebelum ajang digelar data kemajuan atlet terekam jelas/detail komposisi dan prestasi atlet apakah sudah layak dilagakan dengan melihat kemajuan grafik yang benar-benar menyentuh kandidat juara.
Adakalanya faktor partisipan juga mempengaruhi untuk tak enak hati jika tak kirimkan atletnya pada penyelanggara tuan rumah sebagai ajang hubungan diplomatis. Tak dipungkiri mitos Yunani kuno pada pertandingan Olimpiade yang sejatinya diselenggarakan untuk menghormati Dewa Zeus sebagai dewa tertinggi agama yunani ini sangat berpengaruh penting.
Acara olahraga ini awalnya dikaitkan dengan ritual pemakaman, terutama para pahlawan yang gugur dalam pertempuran. Misalnya, pertandingan untuk Patroklos di Homer's Iliad.Â
Tetapi di Olympia, khususnya, beberapa penganut mitologi memuji Zeus dengan memulai Olimpiade untuk merayakan kemenangannya atas Kronos, sementara mitologi lain mengatakan untuk menghormati Oinomaos.
Bagaimanapun, olahraga olimpiade ini membuat tubuh menjadi sehat dan semangat bersaing. Oleh karenanya tidak mengherankan bahwa kompetisi ini berkembang menjadi terorganisir, seperti yang terjadi pada peradaban Minoan dan Mycenaean sebelumnya.
"Sorry ya bro, gua nggak bisa kirim atlet cabor sepakbola, soalnya kan lu tahu sendiri negara gua payah maen bolanya. Lawan squad receh Indonesia aja kadang nggak jadi gol karena di sledding Evan Dimas." Ujar Joe Bidden.
"Yahhh, nggak asik lu bro, nyerah sebelum bertanding. Lagian gua kan kagak enak dilihat ama sebelah yang sonoh klo lu nggak kirim squad sepakbola." Balas Naruhito dengan sedikit judes.
Oleh sebab rasa merasa itulah, analogi tersebut terkadang menjadikan ajang Olimpiade sebagai sarana kebersamaan para atlet dan pelatih demi sebuah makna "Penghormatan".Â
Walaupun harus mengesampingkan sisi efesiensi dan pemborosan sia-sia seperti halnya pada apa yang dilakukan Negara Kepulauan Marshall yang tetap mengirimkan 2 atletnya untuk turut berlaga sekalipun sudah tahu pasti kalah dan tak akan mendapatkan medali satupun.Â
Menempati peringkat buncit 202 di bawah Andora cukup membanggakan merujuk pada partisipasi kepentingan diplomasi di mata sang Kaisar dan penyelenggara.
Indonesia, dengan jumlah penduduk terpadat dunia di bawah Tiongkok, sudah sangat efesien mengirimkan jumlah attletnya. Lebih rendah di zona Asia sekaligus penghematan nyata pada anggaran yang perlu disikapi dengan cerdas dan smart sehingga bisa membedakan mana yang riil dan mana yang *Prank.
=================================
#OlimpiadeTokyo
#IndonesiaJuara