Mohon tunggu...
Sastra Kita
Sastra Kita Mohon Tunggu... Penulis - Seputar Seni dan Sastra

Penulis, Sastrawan, Penyair, dan Dramawan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sengatan Sayap Kupu-kupu

22 September 2021   09:40 Diperbarui: 22 September 2021   09:46 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
riaupos.jawapos.com/Diolah sendiri

(pandemi dalam kepompong)

Kupu-kupu adalah serangga yang tergolong pada ordo lepidoptera atau serangga bersayap sisik.

Serangga ini aktif saat siang hari. Dibalik indahnya sayap kupu-kupu, ada proses kupu-kupu berkembang dari bentuk yang tidak menarik. Proses perubahan ini disebut sebagai metamorfosis kupu-kupu.
Sebuah proses peralihan dari nimfa ke pupa unruk selanjutnya berbuah Imago (dewasa dalam kesempurnaan bentuk).

Sekilas jika kita kaitkan proses biologi ini pada terapan sosiologi, tentang sebuah perubahan gaya hidup pada masyarakat yang dapat mempengaruhi perilaku remaja (generasi muda) menjadi tidak stabil. Baik oleh faktor lingkungan yang membosankan maupun faktor keterpaksaan oleh sebab datangnya wabah penyakit ataupun era baru digitalisasi berpola missile.

Pada awal 2000, seorang psikolog Jepang Tamaki Saito juga mulai memperhatikan suatu fenomena aneh pada generasi muda di Jepang, dan seluruh dunia. Akhirnya, dia pun memunculkan sebuah istilah yakni "hikikomori." Yakni kecenderungan anak muda untuk menarik diri dari pergaulan sosial, tidak peduli dengan kondisi sosial dan sulit untuk bergaul. Namun herannya, di sisi lain media sosial makin tinggi angka penggunanya.

Berbagai fenomena di atas itulah, membuat saya tertarik untuk membahas soal generasi kerja muda yang mulai memasuki dunia kerja sekarang yang disebut sebagai generasi "jari manis atau genarasi "jari kelingking Sebuah generasi yang lahir setelah tahun 1990-an.

Tidak mengherankan, bila beberapa psikolog menyebut generasi ini sebagai generasi kepompong. Mengapa 'kepompong'? Ilustrasi kepompong menggambarkan kondisi kepompong yang "terlindung rapih, tidak melakukan apapun dan hanya makan dan tidur". Begitu pula yang banyak dialami oleh generasi setelah era-90 ini. Dan bicara soal kepompong inipun saya jadi teringat sebuah kisah motivasional yang saya ulas soal kepompong (keberhasilan #ranggita merangkai jari jemari dalam #jemari_jingga).

Dalam keterasingan selama dalam proses kepompong, Ranggita pernah rasakan sesaknya ruang keterbatasan walau dalam dimensi lain. Lebih lanjut penggambaran tatapan mata nya mengarah pada wabah penyakit yang kini menjangkiti umat manusia. Meluluh lantakkan segalanya pun demikian menghabisi kulit larva dalam area kepompong yang nantinya kan berbuah imago. Nyaman ataupun tidak nyaman, proses inilah yang sangat menyakitkan dan terus berjalan menuju imago.

"Sungguh banyak manusia yang tak menyadari bahwa kegelapan adalah poros dari terciptanya cahaya," sekeras apapun usahamu, kau tak akan pernah lihat dan jumpai wujudmu dalam bayang bayang." ujar Ranggita pada kekasihnya Purwadana di bukit berlabuh."


"Bayangan tak akan pernah ada di dalam kegelapan, kau harus datangi sumber cahaya, niscaya bayanganmu kan terlihat jelas." lanjut Ranggita.

Ucapan Ranggita mengarah pada generasi "jari manis dan "jari kelingking. Dimana para generasi muda saat ini tengah mempersiapkan diri dalam jejaring system encoding data matrix berbasis teknologi dengan meretas semua rahasia keindahan alam untuk di serap dan hisap menjadi keindahan imago pada sayap indah kupu kupu. Semakin indah dan berwarna warni, maka makin kuat pengaruh daya tarik untuk diperhatikan dan diperebutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun