Mohon tunggu...
@Arie
@Arie Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang mau berfikir luar biasa. that is

Orang biasa, yang mau berfikir luar biasa. Hobi menulis sejak remaja, sayangnya baru ketemu Kompasiana. Humanis, Humoris, Optimis. Menjalani hidup apa ada nya.@ Selalu Bersyukur . Mencintai NKRI. " Salam Satu Negeri,!!" MERDEKA,!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Haruskah Kita Belajar dari Semut?

20 Desember 2020   10:18 Diperbarui: 20 Desember 2020   11:39 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: sciencing.com / Kerjasama semut

Hidup adalah anugerah berharga dari sang pencipta.  Nyawa , yang menjadi dasar sebutan sesuatu dikatakan hidup, : adalah benda kasat mata yang tak bisa diraba, dilihat, di definisikan, di ketahui bentuk nya, - begitu kata ahli teori Empiris,-  merupakan  sesuatu yang tak bisa dinilai dengan padanan yang setara apapun.  Nyawa tak punya pembanding setara dengan bentuk benda dan non benda yang ada di dibumi dan diluar bumi.

Sesuatu yang tidak ber - Nyawa, tidak dikatakan hidup.

Artinya, segala sesuatu yang hidup pasti ber - Nyawa. Pepohonan, hewan, jasad renik, bahkan virus corona, adalah mahluk, karena mereka ber nyawa.  Semua yang memiliki nyawa disebut mahluk hidup, meskipun tak semua mahluk memiliki nyawa.  Mahluk    adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh sang pencipta, ada yang bernyawa adapula   yang tidak bernyawa.

Seekor semut, tentu saja ber nyawa, adalah contoh rumitnya sebuah kehidupan. Dapatkah anda membayangkan bagaimana system kehidupan bekerja di tubuh seekor semut? Bagaimana jantungnya, paru-paru, pencernaan, sensor peraba, penciuman, pola   komunikasi interaksi sesama semut, : terjalin begitu sempurna dan harmonis.  

Masyarakat semut adalah salah satu contoh kehidupan bermasyarakat yang paling harmonis dan teratur dalam dunia mahluk ciptaan Tuhan yang ada di muka bumi ini, sejak jutaan tahun lampau. ( Lihat video ini sampai tuntas, agar kita tak menjadi malu dihadapan semut )

Di dunia semut, tidak ditemukan iri hati, dengki, menang sendiri, ingin menguasai, mendominasi, bahkan sebaliknya mereka saling bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Semut mungkin tak dikaruniai akal seperti manusia, tapi naluri yang ada pada dirinya telah menciptakan peradaban yang luar biasa. Peradaban yang sudah terbentuk  jutaan tahun, dan masih berlangsung hingga hari ini.

Di dunia semut tidak ada alasan untuk menghilangkan nyawa sesama mereka, atas dasar apapun. Semut menghargai kehidupan mereka, jauh lebih baik dibanding manusia yang nafsunya dikuasai iblis, dan dengan mudah menghilangkan nyawa sesama manusia. Dunia semut berlaku keteraturan dan keberaturan masyarakat yang berdiri atas prinsip gotong royong, kekeluargaan, saling asih dan asuh. 

Atas nama apapun, nyawa manusia layak untuk dihargai, lebih dari nilai dan aturan apapun , atas  nama apapun, yang dibuat  oleh manusia. Karena nyawa adalah anugerah. Karena nyawa tak ada penggantinya. Karena nyawa tak punya suku cadang. Karena nyawa harus dilindungi oleh negara. Karena nyawa sangat berharga. Karena nyawa hanya ada satu untuk satu jasad.

Karena nyawa di jamin undang - undang :
Pasal 28( A )UUD NRI Tahun 1945 :

"Setiap orang berhak hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya."

Pasal 28 (i )ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun