Mohon tunggu...
@Arie
@Arie Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang mau berfikir luar biasa. that is

Orang biasa, yang mau berfikir luar biasa. Hobi menulis sejak remaja, sayangnya baru ketemu Kompasiana. Humanis, Humoris, Optimis. Menjalani hidup apa ada nya.@ Selalu Bersyukur . Mencintai NKRI. " Salam Satu Negeri,!!" MERDEKA,!!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Berendam di Got, Manusiawi Kah?

16 Desember 2019   11:24 Diperbarui: 16 Desember 2019   11:29 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Honorer berendam di got? -Gambar : Tribun News.com

Terus terang saya agak syok melihat video di Kompas tv, melihat bagaimana sekelompok orang sedang berendam dalam got yang air nya hitam, keruh, berbau, kotor dan tentu saja banyak kuman nya. Tadi nya saya fikir mereka sedang menerima suatu hukuman disiplin, belakangan baru tau bahwa mereka adalah pegawai honorer yang akan memperpanjang masa kontrak kerja nya di suatu instansi di Jakarta. Miris. Hampir saja saya minitik kan air mata melihat fenomena yang tidak lazim dan tidak biasa ini. 

Pertanyaan saya,: Apakah tidak ada cara lain yang lebih bermutu? 

Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, merdekakah nama nya kalau kita memperlakukan saudara kita dengan cara yang lebih hina dari cara penjajah? Mereka adalah anak bangsa Indonesia. Mereka adalah orang tua, ibu dan ayah dari anak - anak mereka yang melihat dan menonton bagaimana ibu atau ayah mereka diperlakukan dengan cara seperti itu?

Terbayangkah kita bagaimana sedih dan lara nya hati anak - anak mereka melihat orang tua nya diperlakukan ( maaf ) seperti sampah? Apakah kita sudah kehilangan nurani kita? Lupakah kita bahwa kita juga memiliki keluarga, anak dan istri dirumah yang jika hal itu kita alami, apakah tidak membuat mereka merasa sedih?

Bangsa ini adalah bangsa yang bermartabat, bangsa yang besar, bangsa yang terkenal adat istiadat dan budaya nya yang tinggi seantero dunia.

Saya tidak habis fikir, apa yang ada di kepala si pembuat kebijakan , ketika memperlakukan orang lain dengan cara yang tidak manusiawi ?

Lalu bagaimana bangsa lain melihat kita? Jika kita saja tidak menunjukkan cara - cara yang mengangkat harkat dan martabat bangsa kita sendiri, apa kata dunia?  

Banyak cara lain jika itu bertujuan menghidupkan empaty, atau  bertujuan merasakan bagaimana berat nya tugas pasukan kuning menjaga kebersihan kota jakarta. Meskipun mereka mungkin memang dari pasukan kuning. Misalnya dengan berbagi sedekah nasi bungkus kepada pedagang asongan, pengemis, penjual koran, anak yatim, faklr miskin, dan mereka yang kurang beruntung nasib nya yang hidup di kota Jakarta?

Atau mengunjungi panti asuhan, menghibur mereka, memberi mereka hadiah kecil, itu jauh lebih mulia dan lebih mampu membangkitkan empaty dari si pelaku yang terlibat langsung dalam kegiatan tersebut.

Tapi entahlah? bagaimana menurut pembaca? @Arie,16122019


Video  : Tribun News Update

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun