Mohon tunggu...
@Arie
@Arie Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang mau berfikir luar biasa. that is

Orang biasa, yang mau berfikir luar biasa. Hobi menulis sejak remaja, sayangnya baru ketemu Kompasiana. Humanis, Humoris, Optimis. Menjalani hidup apa ada nya.@ Selalu Bersyukur . Mencintai NKRI. " Salam Satu Negeri,!!" MERDEKA,!!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Selamat Tinggal Cinta(Eps. 21)

18 September 2019   05:30 Diperbarui: 9 Oktober 2019   20:48 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image :Rumah Quran Imam Syafii

TRUE Story : Dari Kisah, Kusujudkan Cintaku di Mesjid Sultan

Bab.VI.hal.3 #, Berangkat ke Pulau  Jawa, Sekitar tahun Sembilan Puluhan, 

Pada hari yang sudah disepakati, kami,; Aku dan temanku, mencari kapal yang dimaksud untuk kami tumpangi sampai ke pulau Madura.  Rencana nanti nya teman ku itu, akan melanjutkan perjalanan lewat darat ke Daerah Riau Kepulauan, via Surabaya, Jakarta, Palembang, terus menyeberang lewat Tanjung pinang. Ongkos kapal waktu itu, sebesar Dua puluh ribu rupiah, sebagai ganti uang makan kami selama dalam perjalanan.  Nakhoda nya sangat baik kepada kami.  Beliau  memperlakukan kami dengan sangat bersahabat. Mirip kerabat dekat. Hal ini juga membuat hati ku tenang. (klik)

Aku lupa hari dan tanggal pastinya. Yang ku ingat, Sekitar jam lima sore, kapal mulai bergerak, meninggalkan pelabuhan Seng hie. Kota Pontianak.

Masih sempat kulihat semburat merah jingga di ufuk Barat, matahari khatulistiwa menjelang terbenam.  Mesjid Sultan, seperti terapung diatas air, dengan pendar cahayanya yang sulit dilukiskan dengan kata-kata.  Hatiku seperti tertusuk sembilu, berat bagiku meninggalkan tanah kelahiran yang sangat ku cintai ini. ( klik disini ) ( klik juga )

Image : suaramasjid.com
Image : suaramasjid.com
Di sini aku dibesarkan, di sini aku menghirup udara kanak-kanak, disini aku dibelai di pangkuan ibu ku yang kupanggil dengan sebutan : "Mak,! "

Disini aku bersekolah, disini aku memiliki  sahabat dan teman terbaik. Disini aku biasa berenang, menyeberangi sungai Kapuas, dari Kopol Mesjid Sultan, ke pangkalan Seng Hie. Mengejar rakit balok kayu dari hulu, dengan pelampung sebatang kayu hanyut yang tengah mengapung,!  

Tanpa terasa setetes air membasahi kelopak mata Ku,  ( klik link ini )

Tadi ketika akan berangkat, aku hanya pamitan pada Mak, " mohon doa, aku diajak teman ku untuk cari kerjaan. Hanya itu kalimat ku. Sambil menjinjing tas pakaian, berisi dua lembar celana dan beberapa lembar baju. Sempat kulihat senyum di bibir Mak, mungkin beliau sedikit terhibur, mendengar aku dapat tawaran kerja. 

 Ayah ku tidak berada dirumah, seperti biasa, beliau sedang berada entah dimana, di suatu tempat, menjalankan tugasnya, sebagai DAI yang menyampaikan apa yang ada di dada nya.  Urusan kami, seperti yang sering Beliau sampaikan, sudah di serahkan nya pada Allah. Beliau menitipkan kami semua pada penjagaan Allah.  Beliau mengajarkan kami, bahwa dunia tidaklah selebar daun kelor. Jika sempit hidup di suatu daerah, keluarlah, Hijrah lah. Pindah lah. Carilah tempat yang baru. Daerah baru. Lingkungan baru, suasana baru, orang -orang baru, kehidupan yang baru.

DokPri : memory yang tersisa
DokPri : memory yang tersisa
"Jika sempit di Timur, carilah di Barat.  jika sempit di Selatan, carilah di Utara.  Jika sempit di Darat, carilah di Laut.  Rezeky dan karunia allah bertaburan  dan ada dimana-mana, tinggal kita saja memungut dan mengusahakan nya."  Begitu nasehat beliau pada anak-anaknya.  Ajaran itu tertanam di benak ku.  Aku meyakini, bahwa aku harus bangkit. Aku harus berubah. Aku harus Hijrah. Aku harus menantang dunia. (Klik disini )

Hari ini, kutinggalkan semua kenangan. Hari ini, kan ku kubur cinta ku di dasar Kapuas. Kan kulupakan segala hal menyakitkan yang pernah kualami dan lalui. Aku akan mengubah nasib. !! Tekad ku.  "Aku akan bangkit.!  Aku akan mencari kehidupan baru disana, nun jauh di pulau Jawa, tanah harapan  yang menjanjikan. Aku siapkan jiwa dan raga untuk mengarungi samudra. Aku siapkan cita --cita dan harapan baru. 

Meskipun aku tak punya bayangan sama sekali, akan seperti apa hidupku nanti. Satu hal aku berkeyakinan, bahwa dimanapun aku hidup, selama aku berpegang pada nilai-nilai luhur kebenaran dan kejujuran, Tuhan akan menolong Ku.  Allah akan membimbing langkah ku.  Aku meyakini bahwa dimanapun aku, ada saudara disana.  Saudara ku se iman, se agama, sesama muslim. Pemikiran ini mengokohkan tekad dan niat ku. ( lihat juga )

Masyarakat pulau Jawa terkenal lebih maju peradaban nya. Mereka memiliki kota- kota besar yang berkembang lebih dulu dari Kalimantan.  Mereka memiliki sisa -sisa peradaban kerajaan Nusantara.  Mereka memiliki lembaga pendidikan yang mumpuni.  Mereka memang jauh lebih maju dari daerah kami.  ( klik link ini )

Ada ribuan pondok Pesantren di pulau Jawa.  Ada ribuan Perguruan Tinggi dan Universitas tersebar di seantero tempat disana.  Ada banyak lembaga Kursus dan pendidikan non formal, yang siap mencetak manusia baru di sana.  Semangat ku berkobar untuk maju dan mengubah hidup ku.

Aku hanyut dalam lamunan, sambil menatap biru hamparan lautan dengan riak gelombang . Di dekat kapal kami , dua ekor lumba-lumba bergantian timbul dan menyelam, seperti mengajak kapal untuk berlomba, dan segera sampai pada tujuannya.  Pantulan cahaya mentari masih kelihatan diatas permukaan laut sebelah Barat.  Bendang merah "Sun Set," ketika matahari akan terbenam sempurna, menyiratkan keindahan yang luar biasa diatas samudra. Dalam hati ku terbersit  kekaguman pada sang Maha Pencipta,  ( baca juga )

"Subhanallah,!" Maha suci Engkau !  Bersambung  Episode 22 ( baca disini ) ( baca episode 1 )


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun