Mohon tunggu...
@Arie
@Arie Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang mau berfikir luar biasa. that is

Orang biasa, yang mau berfikir luar biasa. Hobi menulis sejak remaja, sayangnya baru ketemu Kompasiana. Humanis, Humoris, Optimis. Menjalani hidup apa ada nya.@ Selalu Bersyukur . Mencintai NKRI. " Salam Satu Negeri,!!" MERDEKA,!!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kubawa Luka ke Negeri Orang(Eps. 17)

14 September 2019   06:00 Diperbarui: 12 Oktober 2019   14:54 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image : muslimah.or.id

"Ya Allah, Tuhanku, apakah salah ku sehingga Kau hukum aku dengan rasa sakit luar biasa yang mendera batin, mengikuti setiap langkah ku, setiap tarikan nafas ku, setiap denyut jantung ku, dan setiap kedipan mataku,!  " Jika Kau ciptakan Ia bukan untuk ku, Kenapa Kau tanamkan rasa begitu hebat di hatiku?"

ilustrasi koleksi pribadi
ilustrasi koleksi pribadi
 "Tak pernah ku pinta untuk jatuh cinta, ya Rabb, !! , disaat usiaku masih sangat belia. Kau lah yang menggerakkan nya, hingga aku tak sanggup menolaknya. Kau lah yang menghunjamkan beliung tajam ke dasar jantung ku, sehingga aku tak sanggup mencabutnya! 

Bebaskanlah aku ya Rabb, dari rasa sakit mencintai, seperti Qais mencintai Laila, seperti yusuf dan zulaikha, seperti Balqis dan Sulaiman, dan seperti Adam dengan Bunda Hawa.  ( klik disini )

"Demi kebesaran Mu, aku memohon dengan cucuran air mata, dengan hati yang luka parah,:" Cabut lah rasa ini ya Rabb dari jantung dan hatiku!" " 

Aku tak sanggup menanggungnya , sakit berkepanjangan, luka ber nanah dan berdarah. Hatiku menderita.  Jiwaku dirobek cinta, lukanya semakin menganga, dan aku tak berdaya,!" 

Bayangan gadis itu mengikuti kemana pun langkah ku. Senyum nya kadang muncul di dinding, di tengah pasar,di antara rimbun pepohonan, di atas perahu, di kaca bis, diatas permukaan air, didalam kolam, di penghujung jalan, di dekat tiang listrik, di kaca-kaca bangunan pencakar langit di Kuching.  ( baca juga )

Bahkan didepan pintu rumah kontrakan ku, tiap kali aku pulang dari bekerja.  Alhasil, kemana pun aku menoleh kan kepala, Dia ada disana.!"

Malam, ....

Ketika purnama sempurna di langit cerah,

kulihat senyumnya berarak bersama awan,

Tersipu malu, menatap ku sumringah,!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun