Mohon tunggu...
@Arie
@Arie Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang mau berfikir luar biasa. that is

Orang biasa, yang mau berfikir luar biasa. Hobi menulis sejak remaja, sayangnya baru ketemu Kompasiana. Humanis, Humoris, Optimis. Menjalani hidup apa ada nya.@ Selalu Bersyukur . Mencintai NKRI. " Salam Satu Negeri,!!" MERDEKA,!!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terpisah Jalan Hidup(Eps. 13)

10 September 2019   05:00 Diperbarui: 12 Oktober 2019   12:27 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horreeee,! Lulus SMP. Foto : drawingninja.com

TRUE Story :  Dari Kisah, Kusujudkan Cintaku di Mesjid Sultan

BAB.IV.hal.1 .Perpisahan#, Mendaftar SMA

Pengumuman kelulusan sudah keluar. Kami masing-masing sibuk mencari sekolah untuk kelanjutan pendidikan.  Aku mencoba mendaftar ke  SPMA, Sekolah Pertanian Menengah Atas. 

Sebab ada salah satu kakak temanku, mendapatkan job bagus, begitu selesai dari SPMA.  Aku tertarik untuk mengikuti jejak nya. tapi ternyata biaya nya besar sekali. Saat itu sekitar pertengahan tahun sembilan belas delapan puluh empat.   ( klik disini )

Aku akhirnya membatalkan niat ku untuk mendaftar disitu.  Sambil menggenjot sepeda pancal, aku melewati jalan Sumatra.  Kebetulan SMA 1, juga sedang membuka pendaftaran murid baru. Iseng-iseng aku mencoba ambil formulir dan mendaftar ke sekolah itu.  SMA 1, adalah sekolah pavorit di zaman itu. Hanya anak orang kaya dan pejabat yang bisa sekolah di tempat itu.  Atau mereka yang dikenal dengan istilah the have. Anak Babe.

Berbekal keberanian, aku mengikuti testnya.  Dan Subhanallah, ternyata aku diterima dan lulus test seleksi nya.  ( lihat juga )

Alhamdulillah, terima kasih ya Allah!

Aku mendengar kabar, bahwa dia masuk ke SMPP, Sekolah Menengah Persiapan Pembangunan, dan Sejak saat itu, kami tak pernah lagi saling kontak.

Aku kemudian pindah dan menumpang di rumah Bibi ku, yang letak nya agak dekat dan tidak berapa jauh dari SMA.1. Sehingga aku tak begitu lelah mengayuh sepeda jika setiap hari harus menyeberangi jembatan Kapuas satu. Begitu fikirku. Orangtua ku mendukung keputusan  ini. Syukurlah.

 Sesekali aku tetap pulang kerumah asal ku, dan berangkat sekolah dari sana, dengan menumpang angkot. atau oplet bahasa setempat nya. (klik )

"Suatu ketika cinta melintas,"
Pernah suatu ketika

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun