Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Money

Hai Apoteker..! Kong ”Kali” Kong, Sama dengan Berapa Hayooo?!

4 Agustus 2012   02:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:16 1726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Dear kompasianer,

Semalam saya ke RSUD. Ada yang tidak beres dengan kesehatan saya. Beberapa pekerjaan mengharuskan saya harus ”mantengin” layar monitor dalam jumlah waktu yang lebih dari biasanya.

Untungnya, tidak jauh dari rumah tinggal saya, sudah dibangun RS. Dulu, sebelum dibuka, promo gencarnya adalah bahwa ’ia’ adalah Rumah Sakit Internasional. Entah karena apa, ia kemudian berubah menjadi RSUD. Namun itu tidak penting. Terpenting adalah kebutuhan rakyat akan kesehatan terpenuhi. RSUD baru itu, lumayan besar dan megah. Saya sudah 3 kali ke sana.

Pertama karena maag yang tak bisa saya atasi. Waktu itu, saya diminta check up darah dan air seni. Semua bagus. Lalu saya disuntik melalui pembuluh darah pada bagian punggung tangan kanan. Dua jam setelah baring dan minum obat, alhamdulillah beneran sembuh.

Ke dua, karena terkilir. Dua hari dirawat di rumah, tetap saja, kaki yang terkilir tidak bisa digerakkan. Akhirnya ke RSUD, lagi. Dengan didorong kursi roda, saya dibawa ke ruang orthopedi untuk rontgen. Hasilnya? Tidak ada yang salah. Lalu dokter meminta asistennya agar area pergelangan kaki kanan saya yang menderita sakit, dibungkus dan dililit dengan perban. Dikasih resep, lalu besoknya saya pun bisa jalan kembali seperti biasa.

Ke tiga, tadi malam. Inilah kisahnya.

”Kenapa, bu?”, tanya dokter.

Saya jawab, ”badan saya seperti melayang dok, lalu semua badan saya terasa remuk redam. Minta disuntik aja dok, biar cepat, sebab saya harus langsung berangkat ke kampus setelah ini...”

”Oh...ya..ya...nanti disuntik!”, balas dokter.

Selanjutnya diperiksa. Ternyata, tensi saya yang biasanya dibilang normal (120/90-an), semalam turun menjadai 100/70. Setelah diperiksa, saya yang masih ”nggliyeng”, dikasih resep oleh asisten dokter.

Saya bilang, ”mas! jangan sampai menulis resep yang obatnya tidak ada di apotek ini loh ya! Jangan bikin susah pasien! Orang sudah sakit, selalu saja dibebani berburu obat keluar...”

Asistennya menjawab, ”oooh engga kok bu.., insyaallah obatnya ada semua di apotek sini...”.

Saya yang masih limbung berjalan ke apotek RS, menebus obat. Benar saja. Si Mbak, petugas apotek meminta maaf karena ada satu obat yang tidak tersedia.

Saya bilang, ”Mbak, ini kali ke tiga apotek ngerjain saya. Mengapa sih selalu menulis resep yang obatnya tidak tersedia. Ada apa sebenarnya? Jangan gitu dong mbak! Kasihan pasien, kan? Tahu ngga? Waktu saya sakit mag itu, satu obat yang diiresepkan tidak ada. Anda suruh kami cari di apotek sebelah. Apoteknya tutup, lalu anak saya harus ke pusat kota. Tujuh apotek dikunjungi tengah malam. Satu pun tidak ada yang menyediakan obat yang diresepkan. Keesokan paginya datang ke apotek yang anda sarankan. Ternyata ”ada”. Ada apa sih kok begini? Memang dibuat demikian ya?”

Mbaknya setengah kaget lalu jawab, ”ehm..ahm ehmm...ya ngga tahu bu, kebetulan saja masih kosong, maaf ya bu...”.

Saya bilang, ”jangan ngga tahu dong mbak! Mbaknya sampaikanlah kalau pas lagi ada meetang-meeting – meetang-meeting ituuu... Beri masukan, supaya tidak nyusahin pasien..., yaaa!”

”Iya bu nanti saya sampaikan, ini tagihannya, ibu bayar di kasir..”

Setelah tertebus, saya kembali ke dokter menyerahkan obat yang harus disuntikkan.

Saya bilang lagi, ”Dok! Kenapa ya, selalu saja meresepkan obat yang tidakada di sini? Kalau ngga ada jangan diresepkan dong!”

Dokternya hanya tersenyum dan menjawab, ”iya buu.., memang begitu, memang dibagi seperti itu...”

Saya yang nggliyeng, makin ndak mudheng. Sudah ah, yang penting saya disuntik dulu. Bener saja, setelah disuntik,, keadaan saya membaik. Lalu saya pamit, menuju apotek lain. Letaknya di luar RS, di sana loh, dekat Alfamart.

Saya masuk apotek dan...“Mas, ini loh..,ada obat yang tidak tersedia di apotek RS, disuruh lagi beli ke sini..., ada ngga?”

Dia amati resep, lalu bilang ”oh ya...ada bu...silakan duduk”,

”Mas, sampeyan orangnya RS ya?”

”Maksud ibu?”

”Sampeyan itu looohh, apa karyawannya RS sebelah?”

”Oh tidak buuu, kenapa yaaa?”

”Seragam sampeyan kok sama? Batik yang sampeyan kenakan sama dengan batik yang dikenakan asisten dokter RS sebelah. Sedang batik yang dikenakan si mbak (yang sedang ambilkan obat saya), warna dan modelnya juga sama persiiiis dengan seragam si mbak yang tadi melayani saya di apotek RSUD. Kalian sama yaaa..., hayooo?!”

”Oh tidak bu! Kami beda!”

”Kok seragamnya sama?”

”Seragamnya saja yang sama, bu. Seragam untuk apotek saja yang sama”

”Memang seragam untuk karyawan apotek se Indonesia sama ya? kaya yang sampeyan kenakan?”

”Oh, tidak bu! Cuma kami bertiga saja yang sama! Sini, apotek dalam RS dan apotek situ...(dia menunjuk apotek yg dimaksud). Disuruh apotekernya bu, untuk mengenakan seragam?”

”Oh apoteker sini sama dengan apoteker sana sama apoteker situ, sama ya?”

”Tidak, tidak..tidak bu..! Beda..beda.., kami beda....”

”Maksudnya?”

Apoteker sini dan apoteker sana, seragamnya sama. Dua apotekernya, bersepakat untuk berseragam sama..., memang ada apa sih buuu?”

”Ada ajaaa! Setiap saya dikasih resep kok, selalu saja ada yang disuruh nebus di sini, katanya di sana kosong...apa obatnya sengaja dibagi dua, sini sama situ...?”

”Iya bu, betul!”, dijawab dengan tegas.

”Oh...ya udaaahhh, tolong minta airnya dooong, buat minum obat sampeyan...”

Sudah itu saya membaik, langsung ke kampus dan pulang jam sepuluh malam.

Terima kasih sudah membaca. Terima kasih Allah SWT. Terima kasih atas kejujuran masnya yang di apotek sebelah RSUD. Terima kasih atas semua kejadian yang menginspirasi!

Salam bahagia dan terus berkarya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun