Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ada Pemulung di Kompasiana

23 November 2011   06:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:19 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tidak ada hal “buruk” yang saya dapati dalam keseharian saya. Itulah faktanya. Saya berani menuliskan ini sebab hampir setiap hari, bukan hanya yang baik-baik saja, tetapi juga apa yang orang nilai sebagai buruk menjadi inspirasi bagi saya. Baik buruk, menjadi sama pentingnya buat saya. Semuanya indah, semuanya sempurna, tak ada yang cacat.

Namanya Ermana.

Seorang kawan menulis yang kemudian menjadi sahabat baik saya. Saya bertemu dalam sebuah “balas komen” pada tulisan seorang sahabat lain bernama Timur. Dengan Timur, saya lebih dahulu bersahabat, tetapi ketika seorang Ermana datang menjahili Timur dengan komen_nya, saya menjadi tertarik untuk melihat profilnya lebih jauh. Ini adalah kompasianer paling jahil dalam komen (versi saya). Saya telusurlah profilnya dan baca identitasnya.

Di “lapak”nya, saya jadi tahu bahwa dia adalah pemulung. Diapun tidak malu-malu mengumumkan pada public bahwa dirinya adalah “seorang pemulung”. Bahkan ketika kami sudah menjadi saling mengenal, saya baru tahu bahwa dia adalah pemulung sejati.

Pada awal dia hadir di sini, saya belum melihat Ermana menulis. Dia hanya datang memberi komen ke sana kemari pada tulisan-tulisan kami. Dari jejak komen yang ditinggalkan pada lapak kami, saya tahu, “dia datang, dia membaca, dia menyimak, dia bereaksi dan kemudian pergi entah kemana”.

Beberapa kali dia hadir “mengusik” diskusi saya dengan Timur, baik di lapak saya maupun di lapak si Timur.

Suatu saat, saya tantang dia menulis.

“Mas Ermana!, saya sangat ingin melihat judul baru anda! Saya kasih waktu dua minggu! Awas jika sampai waktu yang ditentukan, saya tidak melihat judul baru anda tampil di sini!”

Saya, sama sekali tidak menduga bahwa hanya dalam kurun waktu sehari saja, dia mampu memenuhi tantangan saya dengan sebuah judul artikel "Ada Kompasianer Mengancam!"

Bukan hanya itu, ia pun berhasil “memamerkan” hasil penelitiannya tentang gambaran perilaku kami, para kompasianer di kompasiana.

Saya menjadi mengerti akhirnya, apa yang dimaksudkannya sebagai “pemulung”.

Pemulung tulisan itu, dia datang, dia membaca dengan diam dan penuh konsentrasi, dia menyimak, dan dia BEREAKSI SECARA BERMAKNA. Bermakna bisa bagi penulis bisa juga bagi dirinya sendiri.

Dalam menyimak, saat itulah dia “memulung”. Apa yang orang sudah “buang” sebagai “sampah” (tulisan/gagasan), dia pulung dan dia “re_cycle”, menjadi sebuah produk tulisan yang indah sekaligus penuh makna.

Bersahabat dengannya, saya menjadi makin paham, bahwa profesi pemulung tidak seburuk apa yang dibicarakan mereka diluar sana.

Sekali lagi, saya menjadi tercerahkan dengan hadirnya seorang “guru baru” dalam perjalanan saya mempelajari apa yang harus saya pelajari. Ini adalah sebuah chapter dari kurikulum yang telah dipilihkanNya untuk saya.

Ketika saya menulis ini, dua sahabat saya ini sedang “berkelahi” di sini. Dan saya, telah berhasil memulung sesuatu dari kejadian ini. Jika saja mereka tak berkelahi, maka tulisan ini tidak akan pernah jadi.

Thank you mas Er dan thank you Timur! You are so inspiring! Thank you so much! Tetap menulis dan terus berkarya! Salam bahagia

Catatan :

Ermana itu orangnya selalu memanggil semua kompasianer laki-laki dengan sebutan OM, dan memanggil kompasianer perempuan dengan sebutan Mbak ku.Ciri lain, komen-komennya suka jahil.

Timur itu seorang kompasianer laki-laki tulen, meskipun hingga hari ini masih menggunakan Identitas Sahabat baiknya, Rahayu.http://www.kompasiana.com/rahayu

Perkelahian mereka yang lucu dapat dilihat di sini :

http://politik.kompasiana.com/2011/07/22/195-apa-kabar-%E2%80%9Ccara-terpilih-yang-benar%E2%80%9D-dari-nyanyian-kesaksian-nazaruddin/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun