Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kesulitan Hanyalah Tamu, Ia Datang dan Ia Pasti Pergi

4 Januari 2016   04:27 Diperbarui: 4 Januari 2016   08:40 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Terima kasih kepada saudaraku semua yang sudah mengapresiasi tulisan sebelumnya. Semoga kita bisa senantiasa harmoni dalam berkehidupan.

Seperti biasanya, saya hanya bisa memberi hadiah tulisan. Karena memang hanya ini yang dipunya saat ini hehe…. Baiklah, kita akan bicara tentang ujian.

Kita semua pernah mengalami ujian. Ujian sering disebut cobaan. Juga sering disebut penderitaan/kemalangan. Namun apapun sebutannya, yang menarik adalah bagaimana saya bisa melampauinya. Ini seni yang tidak bisa dijelaskan dengan teori. Seni harus dipraktikkan.

Setelah puluhan tahun dihadapkan dengan ujian, saya baru sadar bahwa cobaan ternyata hanyalah sebuah situasi.

Hukum situasi adalah datang dan pergi. Situasi akan datang dan situasi pun akan pergi secara tepat waktu. Jadi biarlah situasi itu datang dan lalu pergi. Terpenting adalah cara merespon situasi.

Lalu bagaimana pengalaman saya merespon situasi? Saya gemar membuka kitab suci. Bagi saya, kitab suci bukan kitab yang disucikan (tidak pernah disentuh). Ajaran-ajaran di dalamnya bisa jadi penghiburan sekaligus obat yang mujarab.

Saya terkesan dengan sebuah ayat Fa inna ma’al ‘usri yusro, inna ma’al usri yusro (QS 94:5-6), yang artinya: Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan, setelah kesulitan pasti ada kemudahan.

Saya begitu dalam menghayati maknanya. Bahkan makna pelajaran Tuhan yang satu ini, masuk merasuk ke kedalaman jiwa, juga ke dalam setiap sel darah dan syaraf saya.

Saya jatuh cinta dengan ayat ini, menyayanginya, membawa dan memeluknya walaupun saya harus kemana-mana sepanjang mengalami ujian demi ujian dalam kehidupan saya.

Saking dalamnya kecintaan saya pada ayat ini, selalu tak lupa saya bilang Tuhan, “Tuhan, saya begini saja…saya tidak memerlukan kegembiraan”.

Mengapa? Sebab saya tidak mau menderita akibat kesulitan. Jika saya diberi kemudahan sekarang, setelahnya pasti mendapat kesulitan. Ini menjadi traumatik yang unik dalam kehidupan saya. Walaupun air mata saya berurai, bibir saya tetap bisa tersenyum. Karena sangat-sangat yakin, setelah ini Tuhan pasti memberi bahagia!  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun