Mohon tunggu...
Aridha Saskia Ardena
Aridha Saskia Ardena Mohon Tunggu... Mahasiswa - keep fighting until the end

Student at Departement International Relations Faculty of Social and Political Sciences Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

ISIS Kembali Bangkit, Russia-China Sepakat Gandeng Taliban?

28 Oktober 2021   15:58 Diperbarui: 28 Oktober 2021   16:00 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

      Sejak munculnya ISIS tahun 2004, dunia mengalami kekhawatiran. ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) memiliki tujuan utama yaitu mendirikan negara Islam Sunni. Demi mencapai tujuannya, kelompok ini memilih untuk melakukan aksi penyerangan kepada megara-negara lainnya. Bahkan, saat ini kelompok ISIS telah menguasai sebagian besar wilayah Timur Tengah. Lantas apa saja yang menjadi alasan Rusia dan China menggandeng Taliban dalam menghadapi ISIS?

ISIS Dianggap Sebuah Ancaman Keselamatan Negara

Hal mendasar yang menjadi alasan China dan Rusia menggandeng Taliban adalah karena ISIS merupakan suatu ancaman terhadap ideologi negara Afghanistan. Diketahui bahwa ISIS bertujuan untuk membentuk negara Islam. Tentu ini tidak sejalan dengan sistem yang dimiliki sejumlah negara. Mengingat cara yang dilakukan sekelompok ini pun terbilang tidak benar. ISIS dengan terang -terangan melancarkan aksi pengeboman yang tentu saja bisa memakan banyak korban. Terjadinya pengeboman tersebut tepatnya di Masjid Syiah Afghanistan. Terjadinya ledakan bom tersebut mengakibatkan puluhan orang tewas dan luka-luka. Hal inilah yang menjadikan ISIS menjadi ancaman bagi keselamatan negara.

Adanya Kepentingan Pribadi Negara

       China dan Rusia sempat memiliki konflik di masa lalu dengan Taliban. Namun, kini mereka berbalik untuk mendukung milisi tersebut. Bukan tanpa alasan, hal tersebut dilakukan China dan Rusia demi kepentingan keamanan negaranya. Pasalnya, Taliban telah berjanji untuk memiliki hubungan damai dengan seluruh negara dan membantu berbicara pada kelompok radikal lainnya dalam upaya menjaga kawasan Asia Tengah. Diketahui bahwa Rusia memiliki memiliki beberapa pangkalan militer di kawasan Asia Tengah dan hendak menghindari ketidakstabilan serta potensi terorisme yang menyebar melalui wilayah di dekat mereka. Sedangkan motif sesungguhnya China ialah mereka berharap Taliban tidak mendukung kelompok Uighur terkait persoalan domestik kelompok Uighur yang selalu menginginkan kemerdekaan. Jadi, kedua negara tersebut menganggap dengan berteman kepada kelompok Taliban dapat membantu meredam persoalan atau setidaknya tidak beraliansi dengan mereka (kaum muslim).

Adanya Kepentingan Mengenai Mineral

    Dari pihak Taliban kepentingan dalam menjalin hubungan erat dengan dua anggota pemilik hak veto di Dewan Keamanan PBB itu untuk menunjukkan kepada Amerika Serikat dan Eropa Barat mengenai eksistensi dari Taliban. Selain itu, Taliban berharap kepada China dan Rusia bisa membantu membangun perekonomian saat menjalankan pemerintahan Afghanistan. Meski Afghanistan masuk kategori negara miskin, pejabat militer dan ahli geologi Amerika mengungkapkan di Afghanistan ada kandungan mineral bernilai hampir US$ 1 triliun atau setara dengan Rp 14.400 triliun (kurs Rp 14.400 per dolar). Kandungan mineral terdiri atas besi, tembaga, sampai emas tersebar di seluruh wilayah Afghanistan. Bahkan ada kandungan lithium terbesar di dunia. Lithium merupakan komponen penting yang bisa digunakan untuk baterai isi ulang dan teknologi lain untuk mengatasi krisis iklim.

     Dalam pandangan saya, tentu Rusia dan China tidak mendukung tanpa alasan. Sebab, gerakan kelompok tersebut bersifat merugikan banyak pihak. Keputusan Rusia dan China tidak semata-mata untuk kepentingan mineral dan kepentinga ekonomi saja, namun lebih menitikberatkan pada hubungan mutualisme menjaga keamanan antar-negara, serta kepentingan politik masing -- masing negara.

      

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun