Mohon tunggu...
Ariby Zahron
Ariby Zahron Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang orang mengenalnya sebagai ariby, nama yang disematkan di setiap karya tulis yang ia ciptakan. Ariby Zahron juga suka memesan nasi bakar. Remaja Malang yang sedang mengabdi di tengah keramaian kotanya. Kadang-kadang ia jatuh cinta dengan Kota Malang lewat tulisannya sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Perantauan Sebuah Kenakalan?

7 September 2022   16:10 Diperbarui: 7 September 2022   16:13 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jauh dari orang tua bukan suatu kekeliruan. Bahkan anak kecil yang ditinggal oleh orang tuanya kadang membuat jiwa atau mental kedewasaan sejak dini, seperti halnya sekolah asrama. Akan tetapi berbagai kesusahan juga manajemen waktu seseorang mempengaruhi kualitas level perantauan sebenarnya. Susahnya mengurus diri sendiri, mengatur uang saku bulanan, makanan yang dikonsumsinya, Kesehatan jiwa dan mental semuanya adalah faktor utama dalam perantauan.

Banyak faktor yang mendorong orang-orang untuk pergi dari tempat asal atau kelahirannya menuju tempat lain. Diantaranya faktor tradisi atau budaya dari suatu kelompok etnis, juga ada faktor ekonomi, Pendidikan, tuntutan hidup untuk mencari nafkah, mencari ilmu, atau rasa penasaran pada suatu tempat atau keadaan. dan faktor peperangan.

Perantau selalu memiliki tujuan yang mana pencapaian itu harus kembali pada kewajiban asalnya. Sebagai sebuah perjalanan karir juga karya kehidupan, maka tugas yang sudah diamanahkan harus kita lalui untuk memunculkan harapan. Percayalah bahwa akan ada berkah dari sebuah perjalanan panjang di tempat kita mengabdi dan berkarya. 

Setiap perjumpaan dengan orang baru, ada pengalaman hidup yang dipetik, ada nilai lebih yang dapat dibawa pulang, ada kisah-kisah indah untuk disimpan ke dalam memori. Keberhasilan dan kegagalan merupakan pengalaman penting untuk kita maknai hikmahnya. Pengalaman itulah yang akan kita jadikan sebagai guru terbesar kehidupan.

Dalam masa-masa perantauan tersebut, seringkali kita jumpai seseorang yang bersifat mendominasi permainan yang artinya adalah sikap mengalahkan ataupun sewenang-wenangnya menghancurkan sopan santun budaya masyarakat tuan rumah seakan bereskpansi bahwa seorang perantau dalam tanda kutip harus "sedikit nakal"

Selain daripada harus sedikit nakal, kadang perantau juga sebelumnya sudah mempunyai jiwa-jiwa pemberontak sejak dini. Jadi ada kalanya memang dari produk kenalakan lingkungan setempat yang kemudian kebiasaan hari-harinya sudah berwatak curang. 

Banyak permasalahan yang terjadi di kota-kota besar seperti di Malang. Kota yang terkenal dengan pusat Pendidikan itu banyak diduduki oleh para perantau bahkan warga Kota Malang sendiri jarang mendapatkan kesempatan belajar di tanah sendiri.

Membahas tentang kultur budaya dan Bahasa lokal Kota Malang seringkali diklaim dengan masyakarat keras layaknya ibukota, mulai dari keseharian hingga budaya kebahasaan yang digunakan cukup terbilang ngawur. Artinya adalah keterkaitan antara budaya lokal Malang dengan perantau luar ini adalah hal yang berkesinambungan yang justru para perantau inilah tokoh yang lebih kritis daripada warga Kota Malang sendiri.

Dilema ini harusnya dijadikan tolak ukur terhadap banyak perantau disana agar tidak semena-mena ngawur di tanah perantauan, karena demi mencari ilmu dan meraih cita-cita, adakalanya kita harus merubah banyak hal. 

Salah satu perubahan yang sedikit umum dilakukan adalah meninggalkan kebiasaan buruk yang dapat mempengaruhi stigma masyarakat lokal atas warga pendatang supaya seluruh pihak dapat merasakan kedamaian dan tentramnya keberlangsungan mutualan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun