Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Paham

3 April 2022   11:02 Diperbarui: 3 April 2022   11:45 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: istock via new.detik.com


Dia berlari tanpa arah
Seluruh tenaga telah dikerahkan
Hingga akhirnya tertumpah resah
Dan dia belajar memahami kehidupan

Dia telah banyak memberi
Namun seolah semua tiada arti
Ketika para penerima hanya menjadikannya sumber materi cuma-cuma
Dan kemudian dia memahami tentang keserakahan mereka

Dia telah belajar mengikhaskan semua yang dibagikan
Namun ternyata kepedihan yang didapatkan
Caci maki dan usaha menusuknya dari belakang
Sungguh terasa bagaikan terbuang

Akhirnya mereka pergi meninggalkan
Ketika dia sudah tanpa daya dan tak ada yang bisa diambil lagi darinya
Mereka semua pergi dan melupakan
Satu sosok yang sudah begitu murah hati pada mereka

Bagaimana bisa
Bagaimana tega
Bagaimana makna telah hilang dari hati
Hanya karena noda-noda dosa tak terperi

Ah Tuhan yang Empunya langit dan bumi
Segala yang di angkasa hingga kedalaman samudera
Adakah terlewat sedikit saja
Penderitaan orang yang telah mengasihi setulus hati

Mengapa kecewa yang direngkuhnya
Mengapa kepahitan hidup terus dia rasa
Adakah tangan-Mu yang kuasa
Apa ada kesalahannya pada-Mu yang Maha Esa

Akhirnya dia paham
Semua hanya titipan
Kapanpun Pemilik Sejati hendak mengambil segala kepunyaan
Maka bahkan hidupnya akan dikembalikan dengan ketulusan yang mendalam

Ya akhirnya dia paham
Ini bukan kediaman abadinya
Ini hanya sebuah ujian atas iman yang tertanam
Bahwa semua akan indah pada waktunya

Dia belajar menerima seolah dalam diam
Namun hatinya tak pernah sedetikpun berhenti berdoa dan mengembalikan arah kehidupannya
Menuju Pemilik Sejati Kehidupan
Sang Empunya Hayat seluruh insan

Dia telah paham

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun