Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Literasi Bersama di Kompasiana

6 Desember 2021   05:26 Diperbarui: 6 Desember 2021   14:00 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: pixabay.com

Ribuan kata teroret
menerjang cepat bak roket
Literasi adalah aset
sebuah warisan yang selalu awet

Kala aksara berjumpa rasa, lahirkan deret makna
Saat bait dan larik bertemu, berikan arti asa
Yang selalu hadir dan menyapa, temani semburat jingga Sang Aruna,
kemudian sambut Arunika di belahan ufuk timur, layaknya tirta hapus jejak jelaga,
demikian karya yang selalu membentang,
seperti senandung pujian mulia di rumah besar kita, Kompasiana

Rangkaian aksara melampaui perbedaan
Tanpa memandang apa dan siapa
Di rumah bersama Kompasiana
Jarak bukanlah batasan pun penghalang
untuk saling menyapa dan menebar makna melalui karya

Petik saja ide satu demi satu,
lalu menyusunnya menjadi barisan kata yang panjang,
mengalir tanpa lelah seperti air sungai,
mengabarkan kisah, memenuhi rongga kosong cakrawala

Cahaya dan hening malam
Keheningan adalah miliknya, bertandang tiap hari dan ia menemaninya tanpa lepas,
tak ada sisa pagi dan siang, hanya gelap dan hening
Kesyahduan, membuat ia terbawa dalam kebaikan yang diyakininya bisa memberinya panjang umur
Meskipun aku tak menyukai pagi, bahkan siang, mereka hanya menuntutku agar aku senantiasa terjaga, tapi aku bisa menemui kekasih, katanya
Ia bertanya pada hening malam, tapi tak ada jawaban apapun

Aku selalu rindu dengan tempat dimana aku berdiri saat ini
Entahlah hatiku begitu terpaut denganmu
Aku sendiri tak bisa mengejawantahkan perasaanku
Rasanya ingin kukunjungi kapanpun aku mau
Namun sayang tak selalu bisa begitu
Aku tak mampu menepismu menyusup di sudut ruang dadaku
Kedamaian yang kau ciptakan di ruang singgah jauh dalam kesunyian terbalut doa
Jika aku mampu, ingin aku langkahkan kakiku menemuimu
Tak peduli hujan deras sekalipun
Karena keheninganmu mengobati langkahku yang terkadang rapuh

Di sebuah taman berhamparan bunga dan kumbang
Tak semua sebagai bunga nan menawan
Tumbuh juga sang ilalang
Badai kuat menerjang dilawan
Ilalang itu adalah aku dan kamu
Tegak dalam sunyi di ladang aksara
Turut menciumi harum kembang seribu
Menggores puisi, berharap cinta dari semesta

Bersamamu kubisa melalui semuanya
Bersamamu kurasakan bahagia
Bersamamu keraguanku sirna
Bersamamu penaku menari gembira
Wahai sahabat literasiku
Dekap aku penuh kehangatan
Sambut indahnya semesta bersama
Selamanya

Di sini tempat kita bertemu
Menjalin persahabatan
Ada rasa yang tersimpan
Antara aku dan engkau

Setiap cerita pasti ada akhirnya, tapi dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula yang baru

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun