Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.750 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 26-02-2024 dengan 2.142 highlight, 17 headline, dan 105.962 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[RTC] Pahlawan di Sekitarku

6 November 2021   07:56 Diperbarui: 7 November 2021   13:52 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: mediakepri.co.id

"Ibu, apakah gorengan yang dijual setiap hari selalu habis?" tanyaku pada suatu ketika ketika membeli dua bungkus tahu masak dan beberapa potong gorengan di sebuah warung kecil sebelah rumah.

"Iya, kadang sampai habis, tapi iya tidak tiap hari. Kalau sudah malam, waktunya tutup, saya tutup saja mbak, meski gorengan belum habis."  Ibu pemilik warung kecil itu menjawab dengan santai tanpa beban.

"Wah, kalau sampai tidak habis, gorengannya diapakan Bu? " lanjut dengan pertanyaan berikutnya. Saya memang suka mengajak berbincang Si Ibu yang berjualan bertahun-tahun dekat rumahku itu.

"Biasanya Ibu angetin lalu bagikan ke tetangga saja dalam perjalanan pulang." jawaban Ibu menyentakku, tak ada dalam pikiranku kalau Si Ibu masih tetap berbagi dalam kekurangannya.

"Apa tidak rugi Bu kalau dagangan diberikan cuma-cuma pada tetangga?" saya yang masih terheran-heran pun melanjutkan pertanyaan berikutnya.

"Iya yang penting cukup untuk belanja lagi besoknya. Lalu berjualan lagi. Begitu mbak. Tidak terlalu memikirkan untung rugi. Tetangga juga senang kalau mendapatkan gorengan hangat waktu malam hari." sambil menyunggingkan senyuman khasnya yang sederhana.

Pembicaraan kami tidak berlanjut karena pesanan saya sudah selesai dibuat. Saya berterima kasih pada Ibu penjual gorengan tersebut dan membayar sesuai harga yang disebutkan. Harga makanan yang dijual masih wajar, tidak terlalu mahal ataupun tidak terlalu murah.

Bertahun-tahun Si Ibu berjualan aneka gorengan, wedang jahe, sekoteng, minuman ronde dan lain sebagainya untuk bertahan hidup dia dan keluarganya. Bukan termasuk orang yang berlebih harta namun masih ada kemauan untuk berbagi meski dengan cara sederhana.

Ini mengajariku sebuah makna kehidupan. Kita bisa terus berbagi kebaikan pada sesama meski dalam kekurangan. Bagiku, Si Ibu penjual gorengan di sebelah rumah, adalah salah satu pahlawan kemanusiaan bagi lingkungan sekitar.

Tidak hanya memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, namun juga masih memikirkan kebaikan untuk sesamanya. Semoga kisah si Ibu menyadarkan setiap kita dalam hal berbagi kebaikan.

Jadilah pahlawan-pahlawan kemanusiaan dengan cara sederhana yang kita bisa. Salam kebaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun