Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.750 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 26-02-2024 dengan 2.142 highlight, 17 headline, dan 105.962 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[RTC] Rindu Tawa Ceriamu yang Dulu

30 Januari 2021   14:23 Diperbarui: 30 Januari 2021   14:45 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay.com

Kawan, aku ingin menulis sebuah surat rindu untukmu. Kenangan tentang masa lalu membuat hati membiru. Aku rindu tawa ceriamu yang dulu. Yang kini sudah hampir tiada nampak lagi.

Kawan, pandemi ini memang sangat menyiksa bagi banyak lapisan masyarakat. Aku dan kamu merasakan juga. Ketika usahamu harus gulung tikar padahal keluarga masih membutuhkan dukungan. Hati merasa sangat sukar. 

Kawan, aku kehilangan banyak canda tawamu. Kini kau seperti sengaja bersembunyi dari realita beratnya beban hidup. Melalui surat ini aku ingin memberikan dukunganku. Bolehkah kutemani kau berjuang. Mari hadapi bersamaku seperti dulu.

Kawan, aku menunggu kau kembali membagikan kisahmu. Aku tahu ini tak mudah. Namun kau dan aku tahu, bahwa semua masalah yang datang pada kita tentunya bisa kita tanggung. Bukankah demikian yang selama ini kau dan aku pelajari. 

Kawan, aku masih terus menangkupkan tangan berdoa di setiap malamku untukmu. Aku rindu semangatmu yang berkobar lagi. Semoga pada kesempatan berikutnya saat kita bertemu, kondisimu membaik. Aku rindu tawa ceriamu yang dulu. 

..

Teruntuk kawan-kawan yang terimbas pandemi di bidang ekonomi

...

Written by Ari Budiyanti

30 Januari 2021

Artikel ke 1309

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun